Awalnya saya memang sudah lama kepingin main ke Malang,
apalagi setelah ditawarin Mbak Lilik Fatimah Azzahra, duuh..jadi ingin banget
segera main ke Malang. Setelah sepuluh tahunan tidak pernah menyambangi kota
sejuk ini. Tetapi keinginan tinggal ingin saja, lama juga tak kesampaian.
Sampai akhirnya ada berita kalau ICD 2018 akan di adakan di Malang. Dalam hati
aku memastikan “harus datang”, walau harus rayu-rayu dulu untuk mendapatkan
ijin dari suami. Kebetulan saja Mbak Tamita menawari ada tiket kereta PP
gratis, duuh senegnya…. Namun karena yang ditawarkan dari tanggal 3 sampai
tanggal 6 , akhirnya saya mundur dari tim kereta. Karena bagi saya meninggalkan
rumah 4 hari adalah terlalu lama.
Syukurlah akhirnya saya dapat berangkat ke Malang bersama
adik saya sekeluarga yang kebetulan akan mengantar putrinya yang di terima
kuliah di FKG Unbraw.
Tanggal 4 siang kami berangkat dari Kudus, bersama adikku
dan istrinya beserta 4 orang anaknya , 2 diantaranya masih balita. Perjalanan santai saja, sambil
menikmati kuliner di kota yang kami lalui. Seperti makan siang Kepala Manyung
dulu di Pati, menikmati bakso di Tuban, menikmati jajanan kota Gresik, sehingga hampir jam 9 malam kami baru memasuki
kota Malang.
Masuk kota Malang, kami langsung menuju Griya Brawijaya
kami sudah memesan kamar dalam perjalanan.
Saat itu Griya Brawijaya sedang banyak pengunjung rupanya. Sejenak
menaruh barang, mandi dan tunaikan sholat, kami segera keluar lagi untuk
mencari makan malam. Karena waktu sudah
lumayan malam, ternyata banyak
tempat-tempat makan yang tutup. Akhirnya sampai juga kami di jalan
Soekarno-Hatta pilihan kami sebenarnya di Warung Ayam Bawang Cakper namun
mengingat ada 2 balita yang sama sekali tak suka pedas, akhirnya kami makan
Soto Lamongan di sebelahnya.
Setelah terlelap semalaman, rasa capek perjalanan hilang.
Pagi-pagi saya sudah harus bangun dan
bersiap-siap, untunglah di Griya Brawijaya disediakan juga mandi air hangat,
sehingga rasa malas karena dingin kota Malang sirna sudah, badan pun terasa
segar kembali.
Jam 8 setelah sarapan yang disediakan Griya Brawijaya,
saya bersiap diantar adik ke arena di ICD di Taman Krida Budaya. Setelah
dipastikan saya bisa regristasi dan bertemu teman-teman baru saya ditinggal
adik sekeluarga, untuk bergabung dengan teman-teman Kompasianer yang sudah
berada di Taman Krida budaya.
Pertama kali kompasianer yang saya jumpai adalah Mbak
Tamita Wibisono, yang tampaknya sangat sibuk mengatur boothnya bersama Bu Nur
Hasanah.
Untunglah saya selanjutnya bertemu mbak Muthiah yang
akhirnya menjadi teman berkeliling dari booth ke booth untuk medapatkan 10 stem
booth agar bisa mengikuti undian doorprize. Seru juga looh, karena tidak semua
booth menyediakan stempel, jadi hanya ada 10 booth, dan kami harus
menemukannya.
Karena masih pagi, banyak booth yang belum siap. Baiklah,
kami keliling taman Krida Budaya dulu, yang lumayan luas dengan pintu gerbang
yang berbentuk candi, sangat menarik buat selfie-selfie. Tak lupa kami ke arena
booth makanan yang terletak di halaman paling depan, disana kita bisa menikmati
es cream Champina gratis, hanya dengan mengikuti IG Kompasiana dan IG Champina.
Kita juga bisa menikmati Sosis bakar dengan diskon 50% bila membayarnya
menggunakan Brizzi dari BRI.
Baiklah kita masuk ke dalam lagi, karena acara pembukaan
ICD 2018 oleh wakil gubernur Jatim terpilih yang ganteng akan dimulai, dan Emil
Dardak juga sudah berada di dalam mengunjungi dari booth ke booth.
Seru rasanya mengikuti Emiel Dardak berkeliling booth,
dan di booth Lediesiana / RTC , Pak Wagub yang ganteng itu didaulat untuk
mebacakan puisi. Waah, ternyata pandai
juga looh, puisi dibacakan dengan bagus. Bukan itu saja yang menarik dari
kunjungan Pak Wagub, beliau mempunyai perhatian khusus terhadap seorang ibu
yang membawa putranya yang terkena downsindrom, pak Emiel berbincang cukup lama
dengan ibu itu, yang ternyata anggota
Bolang.
Acara pembukaan segera dimulai, didahului dengan
penampilan Maching Band Ekalavya Suara Brawijaya yang keren. Pak Emiel Dardak
pun menyampaikan sambutan dan apresiasinya pada acara Indonesia Community Day
2018 di Malang ini.
Setelah itu kami ( aku dan Mbak Muthiah ) mengunjungi
dari booth ke booth. Di booth BRI kita bisa regristasi Kartu Brizzi atau
membuka rekening disana. Di booth Akar Tuli, kita bisa belajar bahasa isyarat,
di booth Malang Catlovers bisa foto bareng kucing yang didandani lucu-lucu.
Booth Reenactor Malang menyuguhkan nostalgia jaman
lampau, dengan pakain seragam para pejuang beserta peralatan untuk
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, kita bisa berfoto dengan
menyandang senapan jua looh, keren kan!
Tak kalah serunya adalah booth Bolang, yang menampilkan
potret kehidupan suku Tengger di Gunung Bromo yang letaknya tak jauh dari kota
Malang. Mas Ukik sebagai sesepuh dan pelopor kebudayaan Tengger menampilkan
secara deail kehidupan Tengger melalui foto-foto dan juga sesaji yang biasa
digunakan masyarakat Tengger. Bukan hanya menampilkan keelokan suku Tengger,
Bolang juga menjamu para pengunjung booth dengan aneka kue dan nasi bakar
buatan Fiksianer cantik dan menyuguhkan segelas kopi yang cukup pahit. Eh
manis…
.
Dari booth Bolang, di sebelahnya ada booth Malang Beatbox
yang menampilkan kreasi anak muda Malang bermusik dengan suara mulut yang
sekaligus menampilkan gerakan-gerakan bersama satu orang lainnya. Sebelahnya
lagi ada Ngalam Community, ada Malang Creator dan workshop bersama Akar Tuli
Malang, Full Of Doodle Art Malang, A Day To Walk.
Sebenarnya masih banyak booth-booth menarik lainnya,
namun booth Rumpies yang berkolaborasi dengan Ladiesiana disana saya ikut lomba
bikin puisi dan membacanya, lumayan dapat
hadiah novelnya Mba Fitri Manalu yang berjudul “Minaudiere”.
Menjelang siang saya bertemu seorang teman fiksianer
Malang Om Pairunn Adi, namun tak lama
menghilang pulang, beliau juga anggota Fiksiana Community yang tahun ini tidak
ikut tampil di ICD 2018. Dan Kompasianer
dari berbagai daerah pun bermunculan, seperti Mba Jebbing Radina dan lain-lain.
Mereka semua adalah surprise karena baru ketemu pertama kali di ICD Malang ini.
Untuk makan siang kami beramai-ramai menuju Ayam Bawang
Cakper yang keseruannya sudah saya tulis tersendiri disini.
Sepulang dari menikmati Ayam Bawang Cakper, saya baru
berkesempatan ketemu Mbak Lilik Fatimah Azzahra dan Mbak Desy Desol duo best fiksianer Bolang yang cantik-cantik,
yang sudah duduk manis di booth Bolang.
Untuk mengurangi jenuh dan dingin kota Malang yang sudah
mulai terasa, kami bertiga, saya, Mbak
Lilik dan Mbak Desol mencari yang hangat-hangat di Malang Town Square (Matos)
dengan menyantap Bakso Malang yang wow….(pingin lagi…).
Malam sudah menjelang ketika kami tiba kembali di area
ICD keseruan di panggung luar semakin terasa ketika irama music yang
menghayutkan berlanjut dengan puncak acara, yaitu pengumunan para pemenang :
Pemenang penampilan booth terbaik, pemenang lomba sosmed, pengumuman Komunitas
terbaik di Kompasiana yang tahun ini jatuh pada K-Jogja dan sekaligus undian
pemenang hadiah doorpize.
Rangkaian acara sudah hampir usai, para Kompasianer
hanyut oleh alunan music dari panggung utama. Disaat itulah saya meninggalkan
Taman Krida Budaya bersama Mbak Lilik menuju ke tempat tinggal beliau dan ikut
menginap di sana.
Gigil kota Malang dan penat seharian di arena ICD tak
membuat kami lantas mengantuk dan tidur, tapi beribu cerita yang telah
terpendam ingin sekali dibagikan, berbagi cerita dengan wanita ayu, lembut dan
kuat membuat saya terus terjaga bertambah kagum akan ketegaran beliau. Hingga
akhirnya saya tertidur dalam rasa hangat dan nyaman berdua…
Pagi-pagi saya harus bisa mengusir rasa ngantuk dan
dingin dengan guyuran air yang laksana air es. Nyeees…semangat ! Karena
sebentar lagi mau diajak Bolang jalan-jalan keliling kota Malang dengan bis
Malang City Tour . Disepanjang perjalanan kita dipandu oleh seorang guide yang terus menerangkan jalan-jalan dan
gedung-gedung sepajang jalan yang kita lalui. Senang sekali rasanya, sekarang
jadi tahu keindahan dan sejarah kota Malang. Bukan hanya dari cerita tapi
melihat langsung.
Pulang dari tour dengan bis Macito, kami singgah di
kantor Mbak Desol yang tak jauh dari kantor Balaikota. Kami segera meluncur ke
Bakso Bakar Sawojajar bertiga lagi. Bakso bakarnya yang pedas-pedas itu….woww benar-benar
ngangeni. Maksudku siih kangen ditraktir duo fiksianer cantik dari kota Malang
lagi….
Setelah sejenak tidur sore, lepas maghrib saya harus
segera menuju terminal bis Arjosari, dengan diantar Mbak Lilik dan Om Pairunn
Adi , saya segera naik bis Nusantara yang akan segera mengantar saya menuju
Kudus. Kota tercinta.
Selamat tinggal Malang, semoga lain kali bisa berkunjung
kembali, dengan keseruan dan kegembiraan, bila nanti ada umur panjang dan
kesehatan tentunya. Amin.
Terimakasih teman-teman Bolang, terima kasih
sahabat-sahabat tercinta, terima kasih Kompasiana. Semoga ICD tahun depan masih
bisa berkesempatan datang kembali.
Kudus, 22 Agustus 2018
Salam hangatku
Dinda pertiwi
Cerita tanpa jeda begini uantep rasanya di dada, Mbak. Yang baca seperti merasakan perjalanan itu. Cuma bedanya, Mbak sarapan nasi ayam murmer, saya di rumah menikmati mie rebus sambil baca cerita ini.
BalasHapusHehe...selamat ngeblog...jangan pernah bosan, ya....
terima kasih banyak Mbak Peny sudag singgah disini...
HapusMaunya belajar sama Mbak Peny yang lebih pinter soal ngeblog...semoga gak bosen ya mbak..
wah blog baru ya mbak sri, selamaaat
BalasHapussemoga makin produktif yaaa
iya..Mbak Avy, masih baru masih bingung mau diisi apa....terimakasih udah singgah ya Mbak Avy, salam hangat selalu dari Kudus ya..
HapusI would like to say that this blog really convinced me to do it! Thanks, very good post. icd 10 procedure codes lookup
BalasHapus