Jam 7 pagi Haji Damang dan Sofian sudah berada di
Kantor KSP Tanjung, sambil menunggu Mikun datang, Sofian menyerahan Surat
Pengunduran Diri pada Haji Damang.
“ Saya ingin masalah segera selesai Bos, agar saya
meninggalkan KSP Damai dengan tenang tanpa beban yang mengganjal. Silahkan Bos
periksa rekening-rekening saya dan istri , ini saya bawa buku rekening, atau
Bos bisa datang ke rumah apa yang kami miliki, karena sejak Imoeng datang
kemari usahanya semakin lancar, jadi kami bisa memebeli sebidang tanah dan
membangun rumah seperti sekarang ini, juga berkat bantuan Bos Damang secara
langsung “ kata Sofian pada Bosnya.
“ Iya ..Mas, saya tahu saya tak akan menuduh Mas
Sofian macam-macam, makanya saya tantang Mikun agar dia berani
mempertanggung-jawabkan ucapannya kemarin, ditambah biar hal yang tidak jujur
jangan diulangi lagi, apalagi kita bergerak di bidang keuangan, kalau tidak
jujur lambat laun bisa menggerogoti usaha ini.” Jawab Haji Damang menyakinkan.
“ Iya..Bos, Bos harus hati-hati mempunyai karyawan
seperti itu, saya juga merasaka kecolongan punya anak buah seperti itu tidak
mengetahui dari dulu “ jelas Sofian.
“ Kita tunggu saja, kalau sampai jam 8 Mikun tidak
datang , berarti dia mempunyai itikat yang tidak baik, aku akan segera
memecatnya “.
“ Iya..jangan-jangan Mikun sudah pulang ke Balangan
dan siap-siap melarikan diri “
“ Betul Mas, aku telpon Sriono saja, apa Mikun sudah
sampai di sana, biar dia yang mencegah Mikun untuk melarikan diri. Biar Sriono
juga mengamankan uang KSP Balangan yang selama ini dibawa Mikun juga,” kata
Haji Damang, sambil menggambil hp yang ada di dalam saku bajunya dan langsung
menelpon Mikun.
Berkali-kali bunyi dering meamanggil tetapi Mikun
tidak mau mengangkatnya juga, padahal dia tahu kalau itu yang menelpon adalah
Bosnya.
Mikun memang sedang dalam perjalanan menuju ke
Banjar untuk segera pulang ke Jawa.
“ Buat apa aku meneruskan bekerja di sini kalau sepertinya
Haji Damang lebih memihak pada Sofian dari pada percaya pada aku “ Pikir Mikun.
Setelah acara Pertemuan kemarin, Mikun langsung
pulang ke Balangan dan mengemasi semua pakaiannya, pagi-pagi sekali dia menemui
Nasabah yang janji akan menemuinya. Nasabah itu rupanya mau melunasi cicilannya
yang masih tersisa 10 bulan di KSP Damai dan mengambil kridit baru yang lebih
besar.
Uang cicilan 10 bulan dari nasabah diambil oleh
Mikun, selanjutnya Mikun meluncur menuju Ke Banjarbaru ke Bandara Samsudin
Noor, untuk pulang ke Jawa. Kalau perlu dia akan bersembunyi dulu di rumah
saudaranya di suatu desa di lereng gunung Muria.
Setelah mendapat penjelasan dari Haji Damang, Sriono
segera menyusul ke KSP Damai Balangan yang letaknya bersebelahan dengan rumah
yang ditempati Mikun.
Menurut keterang Acil yang tinggal di rumah
sebelahnya, Pak Mikun sudah pergi pagi-pagi tadi, entah kemana Acil itu tidak
tahu.
Perasaan Sriono semakin tidak enak ketika di kantor
KSP sudah ada nasabah yang kemarin hendak ditemuinya.
“ Pak tadi ulun sudah membayar semua cicilan pada
Pak Mikun, katanya sekarang saya boleh mengambil kridit baru lagi, ulun lagi
butuh dana yang lumayan banyak buat usaha baru nii.. ,”
Belum sembat ditanya nasabah itu sudah
menceriterakan apa yang dikawatirkannya.
“ Maaf Pak, kapan bapak membayarkan semua cicilan
pada Pak Mikun?” Tanya Sriono pada nasabah dengan nada cemas.
“ Baru pagi tadi Pak ae, Pak Mikun sendiri yang
datang ke rumah ulun “
“ Maaf, Pak.
Sekarang Pak Mikun gak ada di tempat, saya sedang mencarinya sekarang “
“ Terus bagaimana..ulun, Pak ae..?”
“ Tunggulah, Bapak silakan pulang dulu, kami akan
menyelesaikan masalah dengan Pak Mikun dulu ya..” jelas Sriono pada nasabah
itu.
Setelah nasabah itu pulang, Sriono segera menelpon
Haji Damang untuk mengabarkan yang telah terjadi dan langkah apa yang harus
dilakukannya.
“ Bos ternyata kekawatiran kita benar terjadi, Pak
Mikun sudah pergi dan pagi-pagi tadi dia ke rumah nasabah untuk mengambil uang
pelunasan cicilan 10 bulan, karena rencananya
si nasabah hendak mengambil kridit baru lagi, baru saja dia kesini dan menanyakannya
pada saya, tapi sudah saya suruh untuk pulang dulu
“ Baik Pak, saya akan segera menghubungi petugas
keamanan bandara, agar mengamankan Pak Mikun sebelum dia bisa lari dari sini, “
jawab Bos Damang.
Haji Damang segera menghubungi petugas bandara yang
menjadi temannya, untuk kemudian minta bantuan untuk mengamankan pak Mikun bila
sudah masuk ke Bandara.
Haji Damang dengan didampingi oleh Sofian segera,
mengejar Mikun dengan mengendari mobil yang cukup kencang. Tujuannya langsung
ke bandara Samsudin Noor, karena HajiDamang
yakin kalau Mikun pasti menuju kesana untuk kemudian pulang ke Jawa.
Sriono dan nasabah yang telah membayarkan uang
pelunasan cicilan juga bergerak menuju ke Banjar, untuk menjadi saksi kalau
nanti kasus ini ditangani oleh pihak Kepolisian Bandara.
Mikun dengan mengendarai sepeda motor melaju dengan kencang,
karena tidak ingin ketinggalan penerbangan ke Semarang untuk hari itu, pada jam
13.40 siang. Dia rupanya tidak memperhitungkan kalau perbuatannya bisa
diketahui Bos Damang lebih cepat, sehingga saat ini dia sudah menjadi buronan.
Sampai ke Bandara Mikun langsung menuju loket sebuah
Maskapai penerbangan untuk membeli tiket pesawat untuk penerbangan siang itu
juga. Ternyata di loket, tiket yang dicari sudah habis, tak lama kemudian Mikun
didekati oleh seorang calo tiket, yang menawarkan tiket ke Semarang untuk
penerbangan hari itu dengan harga yang lebih mahal. Buat Mikun berapun harga tiket itu tidak
menjadi soal yang penting bisa selamat sampai di Jawa dulu.
Baru selesai transaksi dengan seorang calo, Mikun
didekati oleh 2 orang petugas keamanan Bandara. Mikun mengira petugas
kepolisian itu mendekatinya karena telah membeli tiket lewat calo. Mikun
diminta untuk masuk ke kantor keamanan bandara.
“ Maaf Pak, tolong saya lihat KTP nya “
Mikun segera mengeluarkan KTP tanpa prasangka
apapun.
“ Benar Pak Mikun ya.., saya harap bapak disini dulu
sambil menunggu petugas kepolisian datang beserta Pak Damang. “
Mikun segera deg, ‘ kenapa Bos Damang menyusulnya
kemari, apa dia sudah tahu kalau saya membawa uang nasabah ya, ‘ pikir Mikun.
Mikun ingin segera bisa melarikan diri keluar dari
ruangan itu, dengan mengalihkan perhatian petugas keamanan itu, Namun sayang
rupanya pintu kantor keamanan itu telah dikunci.
Tak lama kemudian Haji Damang, Sofian disertai dua
petugas kepolisian datang masuk ke kantor keamanan Bandara.
“ Pak Mikun..maumu apa..?” Haji Damang langsung
menyapa Mikun dengan nada tinggi.
“ Anu..pak…anu…saya mau pulang, karena istri saya
telpon kalau si bungsu sakit, saya disuruh pulang “ kata Mikun ngeles.
“ Sudah Pak tak usah berbelit-belit, kamu akan
segera dibawa ke kantor polisi, nunggu Pak Sriono yang akan segera datang
beserta nasabah ang telah menyerahkan uangnya pada kamu ,”
“ Ampun ..Bos, saya hanya akan pinjam saja uang
itu…besok saya kembalikan kalau anak saya sudah sembuh “ kata Mikun yang masih
berusaha berkelit.
Tak lama kemudian Sriono dan nasabah yang dimaksud
sudah datang masuk ke ruangan itu. Mikun sudah tak bisa apa-apa setelah salah
seorang polisi membentaknya.
Mikun segera digelendeng ke kantor Polsek dekat
Bandara. Dengan menggnakan mobil polisi.
Mikun akhirnya menyelesaikan masalahnya dengan
Polisi karena Haji Damang sudah menyerahkan sepenuhnya atas kasusnya pada pihak
Kepolisian.
b e r s a m b u n g....
b e r s a m b u n g....
Posting Komentar
Posting Komentar