Sementara Haji Damang masih menunggu di Banjarbaru
sampai kasus ini selesai, dan Sofian langsung pulang ke Tabalong, karena
rencananya besok dia sekeluarga, akan pindahan rumah dengan menempati dua kamar
yang sudah selesai dibangun, dan 1
ruangan untuk berjualan di bagian depan rumah juga sudah jadi.
Di rumah Imoeng sudah menyiapkan ubo rampe untuk pindahan. Dibantu oleh
mertua dan tetangga barang-barang sudah
di pindah ke rumah yang baru. Semua dagangan Imoeng juga sudah ditata rapi di
ruangan yang disiapkan sebagai toko. Hanya tinggal peralatan tidur, dan
beberapa alat dapur yang akan dibawa saat prosesi pindahan nanti.
Dengan
berjalan kaki mereka ramai-ramai mengusung barang-barang yang menjadi simbol
kepindahan. Yang paling depan membawa lampu teplok dan sapu lidi sebagai simbol
untuk penerangan kehidupan yang datang, dan sapu lidi sebagai simbol
membersihkan dulu area atau rumah yang akan ditempati dari semua gangguan dan
hal-hal yang tidak baik. Sehingga rumah dan juga pemilik rumah mempunyai hati
bersih, berlapang dada , lancar rejeki dan jauh dari gangguan apapun.
“Assalamu’alaikum….wahai semua penghuni rumah ini
baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan, permisi kami handak menempati rumah
ini, jangan ganggu kami, mari kita hidup pada alam kita masing-masing “
Demikian kata sesepuh yang menjadi pembuka pintu di rumah baru.
Setelah semua masuk dan duduk dilanjutkan dengan
acara pemotongan tumpeng dan dan pembacaan doa yang dipimpin sesorang sesepuh
agama di kampung itu.
Permohonan perlindungan dan harapan setelah
menempati rumah baru, agar dilancarkan
urusannya , rejekinya dan juga agar
dapat hidup rukun, damai bahagia, dan
sehat sentausa.
Tamu-tamu juga banyak yang berdatangan untuk memberi
ucapan selamat dan mengikuti acara doa bersama yang di pimpin oleh seorang
Sesepuh agama. Sampai jauh tengah malam para laki-laki melekan dengan tidak tidur semalaman, dan diisi dengan ngaji
membaca Al-Quran, sholawatan dan dilanjutkan dengan membaca Burdah
semalaman.
Ayuk dan Ais tetap tidur karena besok pagi harus
sekolah seperti biasanya. Walaupun di rumah orang masih sibuk, Sofian dan
Imoeng tetap memperhatikan keperluan anaknya, agar tidak ketinggalan di
sekolah.
Setelah tinggal di rumahnya sendiri, hati Imoeng dan
Sofian menjadi lebih tenang, pesanan dari konsumen Imoeng juga semakin banyak.
Bahkan sekarang usaha telor asinnya beromzet lebih banyak. Kalau dulu hanya
mengirim ke toko-toko 3 hari sekali sekarang hampir tiap hari tersedia telur
asin siap didistribusikan. . Tetangga yang menjadi karyawannya juga semakin
banyak. Imoeng perlu membeli mobil pick up untuk mendistribusikan telur asinnya
ke berbagai daerah.
Sofian sudah mulai mempersiapan ijin usaha untuk KSP
di Samarinda, sehingga harus bolak-balik ke Samarinda. Segala persiapan sudah
dilakukan untuk segera membentuk kelompok Anggota Koperasi. Sofian sudah
menyewa sebuah rumah yang akan dipakai sebagai kantor dan juga tempat
tinggalnya bisa sedang berada di Samarinda.
Adik Sofian yang baru lulus SMA juga sudah datang
turut membantu Sofian merintis usaha KSP. Demikian juga Eko anak pertama
Imoeng, sudah mengajukan pengunduran diri dari KSP Damai milik Haji Damang, dan
berpindah membantu Sofian di KSP nya yang baru. Sofian juga merekrut warga setempat
untuk dijadikan karyawannya.
Setelah segala perijinan dan persyaratan untuk
mendirikan KSP sudah dilaluinya, Sofian segera menjalankan usahanya. Untuk itu
Sofian bahkan perlu terjun sendiri ke lapangan untuk memantau sendiri kegiatan
para karyawannya. Peresmian KSP Eka Karya dilakukan dengan sederhana, cukup doa
bersama dan potong tumpeng para karyawan dan tetangga dekat kantor saja.
Baru sebulan berjalan KSP Eka Karya sudah menunjukkan
tanda-tanda pertumbuhan yang sangat signifikan, dengan tenaga-tenaga pemasaran
yang sudah berpengalaman dan belajar dari kekurangan yang dimiliki Haji Damang,
KSP Eka Karya melaju dengan cepat. Banyak sekali nasabah yang berhasil
digandengnya. Nasabah KSP Eka Karya terdiri dari para pedagang pasar, ibu-ibu
rumah tangga yang ingin membuka usaha di rumah, seperti berjualan di rumah ,
membuka usaha catering, usaha laundry, kost-kosan dan lain sebagainya.
Samarinda menjadi kota pertama yang disasar Sofian untuk mendirikan KSP Eka
Karya ini. Karena Samarinda selain menjadi ibukota propinsi juga mejadi kota
yang sedang tumbuh pesat di Kalimatan Timur. Seiring dengan pertumbuhan pertambangan
batubara dan pertambangan lainnya yang
membutuhkan banyak karyawan dari berbagai daerah untuk tinggal disini.
Sambil mengawasi para tukang yang bekerja untuk
menyelesaikan pembangunan rumahnya, Imoeng juga menjalankan bisnisnya,
pembuatan telur asin yang menjadi andalannya kini sudah dikenal luas sebagai
telur asin paling enak dan laris di kota Tabalong. Usaha pengadaan aneka
kebutuhannya rumah tangga, mulai meluas konsumennya karena Imoeng melayani baik
cash maupun kridit. Sebuah toko serba ada yang menjual aneka kebutuhan rumah tangga dan sembako sudah dibuka di ruang depan yang
memang telah disiapkan menjadi toko yang lumayan luas, sehingga konsumen merasa
lebih nyaman dalam berbelanja.
Tak terasa kesibukan demi kesibukan memadati hari-hari
Imoeng dan Sofian. Sehingga kadang kejenuhan mulai timbul, mereka butuh
refresing untuk menyegarkan pikiran kembali. Pulang ke Jawa adalah pilihan
refresing yang tepat, karena selain bisa refreshing , bisa bertemu keluarga
besar, teman-teman sewaktu masih di Kudus, juga seklian bisa membeli
barang-barang yang sekiranya laku dijual disana. Mereka hanya berdua, anak-anak
sudah ada yang mengewasi di rumah. Sofian pun sambil mencari tambahan karyawan
untuk KSP Eka Karya, dari kalangan tetangga
maupun kerabat sendiri yang membutuhkan pekerjaan dan mau untuk hidup di
Kalimantan.
b e r s a m b u n g....
Posting Komentar
Posting Komentar