Tanah ukuran 30 x 20 meter akhirnya dibeli, lumayan
luas juga kalau untuk mendirikan sebuah
rumah . Rumah akan segera dibangun sedikit demi sedikit setelah Sofian
pulang dari menjalankan ibadah haji. Letak tanah yang tidak begitu jauh dengan
jalan utama di Mabuun dekat dengan Obor Tanjung , atau disebut gengan obor
Selamat datang di kota Tabalong. Obor ini menyala karena di bawahnya tersambung
dengan saluran gas bumi yang dikelola oleh Pertamina dari sumur gas Dahur.
Tiba saatnya Sofian untuk berangkat ke tanah Suci
untuk menunaikan ibadah haji bersama 2 orang temannya dari KSP ‘Damai’, Sofian
sangat bersyukur akhirnya dapat melaksanakan ibadah haji walaupun itu dari
hadiah bosnya, Haji Damang. Suatu saat nanti dia berjanji akan membawa istrinya
untuk berangkat haji bersama. Dengan biaya sendiri.
Telur asin ‘Tiga Roda’ buatan Imoeng bukan saja
terkenal di wilayah Tabalong saja, namun juga terkenal sampai ke wilayah
Amuntai, Paringin dan kota-kota lain di sekitarnya. Terur asin menjadi lauk
yang paling praktis dan murah disaat tergesa-gesa. Imoeng merekrut 5 orang
tetangganya untuk membantu mencuci telur dan membalut dengan abu gosok dan
beberapa adonan lain yang diramu Imoeng sendiri, agar telur asin buatannya bisa
masir, kuning tua, dan lezat rasanya tidak terlalu asin dan tidak juga hambar.
Apalagi sejak Sofian pergi haji dengan membawa telur asin untuk dibagi-bagikan
pada teman-temannya sesama jemaa’ah haji,
pesanan telur asin semakin banyak. Dari hasil promosi mereka yang sudah merasakan
telur asin ‘ Tiga Roda’.
Selain usaha telur asin yang berkembang pesat, usaha
lain seperti mendirikan toko ‘Serba Ada’ dan kridit aneka perabot rumah
tangga dan elektronik juga berkembang
pesat.
Hampir dua bulan sekali Imoeng ke Kudus untuk
menenggok keluarga dan juga untuk membelanjakan
berbagai pesanan konsumennya. Dari aneka pakaian, tas, sepatu dan perhiasan ,
yang lebih mantab bila dibelikan di
Jawa.
“ Ulun pesan jam tangan , ya Cil…jangan lupa belikan
yang paling bagus lah, yang cocok buat ulun ya…berapa harganya tak masalah asal
bisa dibayar sepuluh kali Cil ae..”
pesan Mamak Aziz yang rumahnya agak jauh
dari Imoeng, namun Imoeng tahu suami Mamak Aziz itu bekerja di tambang batubara,
dan suka membelikan barang-barang bagus untuk istrinya, yang masih muda dan
cantik itu.
“ Nanti ulun kirim gambarnya di hp pian ya, pian
pilih sendiri “ balas Imoeng lewat SMS tatkala dia sedang di Jawa dan Mamak
Aziz memesannya lewat SMS juga, setelah tahu Imoeng ada Jawa.
Bukan hanya Mamak Aziz, ada Mamak Dika, Mamak Dea
juga memesan tas, sepatu, baju dan lain sebagainya. Sehingga setiap pulang ke
Kudus ongkos pesawat pp sudah bisa ditutup dengan untung yang didapat dari
pesanan-pesanan itu.
Sepulang dari menunaikan ibadah haji, sedikit demi
sedikit material untuk membangun rumah sudah dibeli. Walau tidak bisa dibeli
sekaligus namun, dicicil beli batu dulu, minggu depannya beli batubata, lalu pasir, semen , dan lain lain, sedikit demi sedikit karena
uang yang ada juga digunakan untuk membelikan pesanan-pesanan konsumennya yang
akan membayar secara kredit nantinya.
Tak apalah yang penting saatnya nanti rumah itu akan
menjadi rumah impiannya setelah rencana membangun rumah di Kudus pernah gagal, yang ada hanya tertimpa banyak hutang. Hal itu
menjadi pelajaran bagi Imoeng dan Sofian, agar tidak mengambil hutang untuk
membangun rumah itu nantinya. Lebih baik selesai agak lambat tetapi memakai
uang sendiri, daripada harus berhutang kesana-kemari seperti dahulu.
“ Sepertinya sudah lumayan banyak terkumpul material
yang ada Bu…baiknya kita mulai membangun , Bapak mau minta tolong teman yang
pandai menggambar rancangan bangunan rumah kita, “ kata Sofian pada istrinya.
“ Kalau bisa sebelum kontrakan rumah ini habis ,kita sudah punya satu-dua ruangan
dulu yang bisa kita tempati sambil mengawasi para pekerja nantinya, “ sahut
Imoeng pada suaminya.
“ Besok aku akan menghubungi ahli bangunan kenalan
bapak, yang biasa menangani pembuatan rumah di kota ini.” Balas Sofian.
Esok paginya mandor bangunan Wardi datang membawa
rancangan bentuk bangunan dengan detailnya. Ada beberapa yang harus diubah
sesuai dengan keinginan Imoeng dan suaminya. Agar rumah yang mereka bangun nantinya bisa benar-benar sesuai keinginan dan menjadi surga bagi Sofian sekeluarga.
“ Di sebelah garasi ada bangunan untuk toko lah
Pak…saya ingin agar antara bangunan toko dan dapur ada pintu penghubungnya, agar
saya bisa melakukan pekerjaan di dapur sambil berjualan “
“ Inggih..Bu..ae…bisa kita sesuaikan itu nantinya,
garasi kita tarus di sebelah kanan bangunan induk, dan toko ada di sebelah kiri
banguan induk, agar jualan ibu tidak terhalang dengan kendaraan-kendaraan di
garasi, “ jelas Mandor Wardi.
“ Sepertinya material sudah cukup banyak, kita bisa
memulai bikin pondasi secepatnya, kalau Pak Sofian ingin mencari hari baik dulu
silahkan, biasanya begitu kan orang Jawa, walau sudah tidak tinggal di tanah Jawa
tetep saja hari baik menurut hitungan itu penting..” kata Mandor Wardi yang
juga keterunan dari Jawa, karena orangtuanya dulu berasal dari Jawa, dan
bertransmigrasi ke Kalimantan, sejak dia masih kecil.
Sambil menunggu hari baik untuk mendirikan rumah,
Wardi mengajukan beberapa nama tukang yang akan mengerjakan bangunan itu
nantinya.
“ Tapi saya mau bawa dua tukang dari Jawa ya..Pak
Wardi..dia masih famili kami, dia juga ahli bangunan juga, awal bulan depan
mereka sudah nyampe sini, silahkan nanti Pak Wardi berdiskusi dengan mereka , “
jelas Sofian. Karena memang Sofian berencana mengundang dua ahli bangunan dari
Jawa yang mungkin lebih faham dan mengerti, jadi tidak asal-asalan saja
bangunan rumahnya itu nanti.
Setelah berkonsultasi dengan orangtua di Jawa, dan
pandai membuat hitung-hitungan hari baik, yang mempunyai kandungan dan harapan
agar rumah yang dibangun akan membawa anggota keluarga yang menempati akan menjadi baik, berkah, dan sehat . Tidak
bertepatan dengan hari weton meninggalnya leluhur, maka ditentukanlah hari, dan
tanggal dimulainya pembuatan rumah. Dimulai dengan ‘nduduk pandemen’ atau
menggali tanah untuk ditanamkannya fondasi pertama kali. Walaupun sudah tidak
tinggal di tanah Jawa, sebagian orang Jawa memang masih setia pada warisan budaya
leluhur, dengan harapan tetap selamat di mana pun berada.
“ Bu, besok siapkan ubo rampe buat bancaan nduduk
pandemen …ya !”
“ Iya Pak, bubur merah putih, dan bancaan sego kuluban sudah aku siapkan
besok pagi, sekalian untuk sarapan para
tukang, dan tetangga kiri-kanan “, jawab
Imoeng pada suaminya.
“ Jangan lupa pak Ustad yang akan mendoakan diundang
juga ya Buk…”
“ Sudah siap semua pak…!”
“ Semoga besok hari cerah sehingga semua bisa
berjalan lancar, sampai rumah kita jadi nanti”
“ Kita tidak perlu nunggu rumah jadi semua, kalau
sudah ada dua ruangan dan dapur sementara kita bisa segera menempati rumah baru
nanti “
“
Iya..buk, Haji Damang kemarin juga memberi bantuan buat ongkos mendirikan
rumah kita “
“ Semoga setelah kita menempati rumah baru kita
nanti, kita sudah tidak kerja ikut orang lagi Buk…”
“ Apa bapak punya rencana keluar kah Pak..?”
“ Terus bapak mau bikin usaha apa…?” , lanjut
Imoeng.
“ Saya pingin bikin usaha serupa dengan boss Buk..!”
“ Apa nanti gak malah menjadi persaingan dengan boss”
“ Tidak Buk, saya mau mendirikan di Kaltim saja..”
“ Saya sudah tahu jalur-jalurnya untuk mendirikan
KSP, karena selama ini Boss memasrahkan semua urusan perijinan dan lain sebagainya
kepada saya, dan kebetulan ada sebuah bank yang menawarkan diri untuk menjadi investor “
“ Tapi tunggu dululah Pak…sampai rumah kita bisa kita tempati lebih dahulu “
“ Benar Buk, kita harus konsentrasi satu-satu “
“ Apalagi sekarang ada bapak, ibu, Lek No dan Lek Ni
yang akan membantu kita mendirikan rumah disini “
Orangtua Sofian memang datang dari Jawa, bersama Lek
No dan Lek Ni, kerabatnya yang juga ahli bangunan. Mereka berempat datang naik
kapal kemarin, dan Sofian menjemputnya di Banjar. Bapak ibu menjadi tempat
berkonsultasi tentang segala persyaratan ubo rampe mendirikan rumah . Hati mejadi tenang juga
karena ditunggui orang tua, jadi ada yang diajak berdiskusi dan mengarahkan
soal rumah yang hendak dibangun.
Segala perijinan sudah diurus, material sudah siap,
tukang-tukang siap, rancangan bangunan juga sudah siap. Tanggal dan hari baik
sudah didapat.
Tiba-tiba
masalah datang.istri Haji Damang datang ke Kalimantan, karena curiga dengan
kelakuan suaminya akhir-akhir ini. Yang lebih sering ke Kalimantan daripada
berada di Kudus, dia curiga jangan-jangan di Kalimantan ada perempuan lain yang
selama ini menjadi simpanan Haji Damang.
istri Haji Damang langsung mendatangi kantor KSP yang
ada di Tanjung Tabalong, dia yakin kalau Sofian pasti tahu perselingkuhan yang
telah dilakukan bosnya tetapi diam saja.
“ Mana Sofian…jauh-jauh datang kemari, aku ingin dia jujur apa yang telah
diketahui tentang bossnya, jangan hanya karena banyak diberi hadiah Sofian diam
saja, atas kelakuan bossnya…”
“ Mana mungkin dia tidak tahu, dia kan orang
kepercayaan bosnya “ lanjut Istri bos
Damang yang datang-datang langsung
nerocos setelah tiba di Kantor KSP di Tabalong.
“ Tapi pak Sofian lagi tidak ke kantor Bu!, karena
besok beliau akan memulai membangun rumah jadi hari ini dan besok beliau tidak
ke kantor, “ jawab salah seorang karyawan
yang ada di kantor.
“ Tolong antarkan saya ke rumahnya sekarang, ada
yang penting yang mau saya omongkan pada Pak Sofian “
“ Baik Bu, mari saya antarkan, tidak begitu jauh dari
sini kok…”
“ Terima kasih! mari kita berangkat sekarang …”
“ Baik Ibu, monggo kendaraan sudah siap “
“ Bila sudah sampai rumahnya kamu tinggal saja nanti
ya, biar aku bicara sendiri sama Pak Sofian”
“ Baiklah Bu, monggo…”
Istri Haji Damang dengan diantar salah seorang
karyawan akhirnya sampai ke rumah Sofian yang saat itu sedang banyak orang ,
persiapan mendirikan rumah besok pagi.
Sofian kaget sekali melihat istri bosnya tiba-tiba
sampai di rumahnya. Pasti ada sesuatu yang sangat penting ini, apa istri boss
sudah tahu soal wanita simpanan Haji Damang ya. Begitu pikir Sofian. Sofian
tidak enak bila nanti tiba-tiba istri bos marah-marah kepadanya di depan orang
banyak yang sedang ada di rumahnya.
“ Assalamu”alaikum Mas Sofian”
“ Wa’alaikum salam…Bu, tumben sampai sini..”
“ Iya…boleh saya langsung bicara, waah dengar-dengar
mau bangun rumah ya..”
“ Iya..Bu, rencana besok pagi mulai ‘duduk pandemen’ “
“ Baguslah, banyak uangnya ya sekarang, saya dengar
juga baru pulang dari Haji ya…?”
“ Iya Bu, hadiah dari bapak, karena omset KSP wilayah
Kalsel meroket terus…”
“ Banyak hadiah dong dari bapak, apalagi kalau bisa menutup-nutupi kejelekan bos “
“ Maksud..Ibu…”
“ Pasti Mas Sofian tahu kan, kalau bos sekarang
lebih banyak di Kalimantan karena apa, apa hanya karena ngurus KSP saja, yang
jelas-jelas sudah banyak diurusi Mas Sofian..”
“ Maaf…saya kurang tahu maksud Ibu, kenapa Ibu datang
jauh-jauh hanya untuk memarahi saya akan sesuatu yang tidak jelas, jelaskan
sekalian dong..Bu..!”
“ Kamu…pasti tahu kan bapak di Kalimantan punya wanita
simpan yang sudah setahun lebih menjalin hubungan dengan bapak, kenapa kamu
membiarkan saja..! “
“ Maaf ..Bu..saya bekerja pada Bos Damang hanya
untuk mengurus KSP dan segala keperluan yang berhubungan dengan KSP bukan untuk
mengurus keperluan pribadi boss..”
“ Kamu membiarkan bosmu demikian karena kamu banyak
dikasih hadiah kan Mas Sofian, kenapa kamu tidak mengingatkan bosmu, atau
melapor pada saya kalau bapak telah
terjadi apa-apa.”
“ Kenapa ibu selalu mengait-ngaitkan pemberian bapak
dengan apa yang telah terjadi dengan bapak…tidak Bu ! Bapak memberi saya hadiah
karena bapak sebelumnya memberikan target kepada saya, dan memjanjikan sesuatu
kalau saya mencapai target…sama sekali tidak ada hubungan pribadi dengan
bapak…” , sahut Sofian dengan nada tinggi karena jengkel dengan istri bossnya
itu.
“ Tapi kamu secara pribadi sudah mengenal bapak dan
keluarga kami dengan baik di Kudus, kamu sudah kami anggap seperti keluarga
sendiri yang dipercaya mengembangkan usaha di sini..jadi harusnya mau menegur
bapak bila dia salah..”
“ Kamu tahu siapa wanita itu kan...?”
“ Saya tidak tahu Bu…bapak tidak pernah menganjak
saya, dan melibatkan saya dengan urusan
pribadi, apalagi urusan soal wanita “
“ Mosok kamu tidak tahu, kemana saja bossmu selama
di Kalimantan, yang bener saja Mas Sofian…”
“ Benar Bu, saya tidak tahu sebaiknya ibu menanyakan
langsung ke Bapak, tidak ke saya…”
“ Bapak hpnya dimatikan dari kemarin, sudah saya
hubungi tidak bisa…”
Sementara itu Haji Damang yang sudah 2 hari di rumah
wanita simpanannya di Kandangan ingin menghubungi Sofian dan mengatakan kalau
dia ada di Kaliamantan.
“ Hallo…Mas Sofian, saya ada di sini sekarang, nanti
ketemu di kantor sebentar ya…”
“ Alhamdulillah, kebetulan sekali bapak telpon saya,
ini ada ibu disini di rumah saya Pak..”
“ Apa! ibu! maksudnya istri saya yang di Kudus ?”
“ Mana…telponnya saya mau bicara sama bapak
langsung..!” pinta bu Damang, langsung
mengambil telpon yang sedang dipegang oleh Sofian.
“ Pak…kamu dimana, kenapa hp kamu matikan..?”
“ Iya…Bu, tunggu satu setengah jam, saya akan datang
kesitu, kenapa ibu bisa sampai ke rumah Sofian.”
“ Cepat datang kemari…Pak..!”
Hp segera dimatikan, istri boss Damang masih saja
ngoceh dan bersunggut-sunggut. Imoeng yang dari tadi memperhatikan dari jauh,
hanya bisa sedikit menenangkan Bu Damang, dengan segelas teh hangat dan kue cincin khas Tabalong.
“ Monggo
Bu…ngunjuk rumiyin…” Sapa Imoeng sambil menyuguhkan teh hangat dan
kue cincin di hadapan Bu Damang.
“ Saya sudah makan minum tadi, gak usah basa basi
Mbak, apa sampeyan tahu juga kah,
soal Pak Damang yang katanya punya wanita simpanan disini..” balas bu Damang
dengan tidak ramah.
“ Tidak tahu sama sekali Bu! saya tidak pernah ikut
campur urusan kantor bapaknya anak-anak, karena saya punya usaha sendiri yang
harus saya urusi di rumah..!”
“ Sama-sama di Kalimantan mosok sampeyan gak tahu..”
“ Benar Bu, .saya tidak tahu, apalagi sesuatu yang
bukan urusan saya buat saya ngurus-ngurus “
“ Kalau Mas Sofian dapet-dapet hadiah dari Pak
Damang …tahu kan ?”
“ Iya., bapaknya juga ngomong kalau itu didapat
karena prestasi, mencapai target yang ditentukan Haji Damang , apa salah Bu…?”
“ Karena prestasi apa karena Mas Sofian pandai
menyimpan rahasia bosnya yang mempunyai wanita lain di sini “ balas Bu Damang
yang agak memerahkan telinga, namun Imoeng masih selalu bersabar. Bukan karena
Bu Damang istri bos suaminya, namun Imoeng memahami hati perempuan yang luka,
namun sayang Bu Damang kurang bijaksana menyampaikan luka akibat ulah suaminya
kepada orang lain, yang tidak ada sangkut-pautnya.
Sementara
Sofian agak menjauh mengurusi tukang-tukang yang besok mulai bekerja
membangun rumahnya. Sofian malas menemui istri bossnya yang suka main tuduh
saja. Tidak menghargai jerih payahnya sehingga usaha KSP suaminya bisa sebesar
ini, menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit tiap bulannya. Hadiah-hadiah
yang diberikan pada Sofian sebenarnya masih belum apa-apa dibanding kerja
kerasnya, sehingga uang ratusan juta bisa mengalir sebagai keuntungan bersih
KSP ‘Damai’.
Satu jam setengah kemudian Haji Damang sudah sampai
di rumah Sofian, dan langsung menyapa Sofian bukan istrinya.
“ Sudah siap semua Mas, besok pagi ya…mulai nduduk pandemen-nya “
“ Iya… Bos…itu sudah ditunggu ibu..”
Bu Damang hanya diam saja melihat suaminya, sampai
suaminya masuk dan duduk di sebelahnya.
“ Sudah kita bicarakan di rumah yuk Bu…Mas Sofian karo Mbak Imoeng kuwi ora reti
opo-opo , ora enak masalah keluarga kok digowo-gowo mrene..” jelas Pak
Sofian pada istrinya.
“ Bos..sebenarnya mau ada yang saya omongin, tapi ya
sudah…besok saja kita ketemu di kantor , hari ini dan besok saya tidak bisa ke
kantor Bos…, agak siang kalau sudah acara bancaan nanti nanti saya ke kantor
sebentar, kepingin ngomong sama Bos…”.
Bagaimanapun Sofian dan Imoeng tersinggung atas
kata-kata yang diucapkan Bu Damang soal hadiah-hadiah termasuk menunaikan ibadah haji yang
diberikan oleh Haji Damang. Maka rencana Sofian untuk segera lepas dari Bos
Damang dan mendirikan KSP sendiri di Kaltim ingin segera terlaksana.
Bagaimanakah kelanjutannya, apa usaha yang dilakukan
Sofian untuk mewujudkan impiannya mendirikan KSP sendiri…?
“ Ya..sudah
besok saya tunggu ya Mas Sofian, saya permisi dulu, yuuk Buk…”
Bu Damang masih diam saja menyimpan api cemburu pada
suaminya, namun ia tak ingin menumpahkan air mata di hadapan suaminya.
b e r s a m b u n g.....
.
Posting Komentar
Posting Komentar