Selama hampir dua minggu sejak Haji Damang didatangi
Bu Damang dan akhirnya mereka pulang ke Kudus bersama , Haji Damang tidak ke
Kalimantan hanya sesekali dia telfon ke Sofian menanyakan perkembangan KSP nya. Dengan waktu yang agak panjang ini
bisa digunakan Sofian untuk berpikir kembali soal rencana pendirian KSP nya di
Kaltim. Selain itu Sofian bisa lebih leluasa menghubungi orang-orang yang telah
mensuportnya untuk segera mendirikan KSP sendiri. Jadi waktu Haji Damang datang
ke Kalimantan nanti Sofian sudah benar-benar siap untuk mengajukan permohonan
pengunduran diri secara langsung pada Haji Damang. Dan segera memulai usaha
barunya.
Akhirnya masalah pribadi Haji Damang dengan istrinya
selesai juga, istrinya bersedia diajak kesana kemari mendampingi suaminya.
Karena anak-anak mereka pun sudah beranjak remaja sudah tidak harus ditunggu
terus menerus.
“ Mas Sofian…saya minta maaf atas kejadian kemarin
ya, bapak sudah memutuskan tidak akan menghubungi wanita itu lagi, karena saya
akan selalu mendampnginya, “ kata Bu
Damang ketika dia dan Haji Damang dijemput Sofian di bandara Samsudin Noor.
“ Sama-sama , Bu. Memang begitulah manusia ada
khilaf-khilafnya…” balas Sofian sambil menyetir mobil.
“ Kita makan dulu Mas, itu diujung jalan sana ada
Soto banjar yang enak, kangen juga sama soto banjar niih…” Sela Haji Damang .
“ Gak apa-apa asal gak kangen sama cewek banjar saja…” balas Bu Damang sambil
bergurau.
“Oke Boss…sekalian kita bincang-bincang, ada sesuatu
yang hendak saya sampaikan,” jawab
Sofian merasa ada peluang untuk menyampaikan soal resign yang sudah
dirancangnya.
Sofian akhirnya memakirkan mobilnya pada sebuah
rumah makan yang terletak di daerah Banjarbaru mau masuk ke arah Martapura.
“ Begini Boss…saya ingin mengajukan permohonan untuk
mengundurkan diri dari KSP Damai, saya sangat berterima kasih karena selama di KSP
Damai, saya bisa banyak belajar, saya bisa memperoleh banyak saudara dan
mendapat bos yang sangat baik hati dan dermawan seperti Bos Damang. Tetapi
..bagaimanapun juga saya tetap harus mengundurkan diri, saya ingin mempunyai
usaha sendiri Boss “ Sofian memberanikan
memualai pembicaraan di saat makan siang Soto banjar sudah hampir selesai.
“ Apa ..? Mas Sofian mau mengundurkan diri ? kenapa
Mas? Maaf apa saya ada salah, atau istri saya yang salah, atau sedang ada
sesuatu masalah dengan KSP kita..?” kata Bos sofian menanggapi perkataan
Sofiaan.
“ Bukan Pak, bagi saya Bos Damang malah terlalu baik
pada saya dan keluarga. Bahkan saya bisa diberangkatkan untuk menunaikan ibadah
haji segala, tapi saya ingin lebih maju dengan mempunyai usaha sendiri Boss “
“ Usaha apa yang hendak Mas Sofian kerjakan, apa
tidak bisa dikerjakan sambil kerja di KSP Damai, Mas Sofian kan juga hanya
tinggal mengecek –ngecek saja KSP ini, karena di semua daerah sudah ada penangung
jawabnya masing-masing…!”
“ Tidak bisa Boss..karena saya akan menjalankan
usaha saya ini di Kaltim, saya harus berkonsentrasi di sana..”
“ Usaha apa to Mas..?”
“ Saya ingin mendirikan KSP juga Bos, sudah ada
salah satu bank di Kaltim yang bersedia menggelontorkan modalnya, mungkin besok
saya akan segera mengajukan surat Permohonan Pengunduran Diri saya, dan
melakukan serah terima dengan Boss, silahkan Boss mengecek kembali
laporan-laporan keuangan yang sudah saya buat dari kemarin “
“ Saya belum bisa menjawab sekarang Mas Sofian, saya
butuh waktu untuk mengecek segala sesuatunya, dan mendapatkan pengganti Mas
Sofian, yang bisa bekerja penuh dan bisa dipercaya ,” Balas Haji Sofian dengan nada agak kecewa.
“ Baiklah, Boss. Saya tunggu secepatnya keputusan
Bos, tetapi segala sesuatunya sudah saya persiapkan Boss tinggal ngecek saja,
untuk pengganti saya Mas Rohim saya kira sangat mumpuni dan bisa dipercaya
Boss”
“ Kita
bicarakan besok di kantor saja sambil ngecek laporan-laporan, sekarang
mau kan Mas Sofian mengantarkan Ibu dulu ke Matapura, kita bisa langsung ke Tabalong
.”
“ Baik ,Boss. Monggo….”
Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan menuju
Martapura, karena Bos Damang mempunyai rumah di sana meskipun jarang didatangi
namun ada penjaga rumah, yang selalu bersih –bersih dan menyiapkan makanan bila
ada yang hendak datang menginap di sana.
Di perjalanan Sofian, Haji Damang dan istrinya lebih
banyak diam dan suasana menjadi agak kaku semenjak Sofian mengutarakan
keinginannya untuk mengundurkan diri. Apalagi Bu Damang , dia merasa sangat
bersalah karena telah marah-marah pada Sofian dan menuduh yang bukan- bukan. “
Apa karena itu ya Sofian mengundurkan diri. “ Bu Damang bertanya-tanya sendiri
di dalam hati.
Setelah istirahat sejenak di Martapura, Sofian dan
Damang melanjutkan perjalanan ke Tabalong.
Di perjalanan hanya sesekali Haji Damang mengajak
berbicara, menanyakan soal pembangunan rumah Sofian di Tanjung Tabalong.
“ Sudah sampai mana Mas, pembangunan rumahnya,”
Tanya Bos Damang memecah kekakuan dalam perjalanan..
“ Alhamdulilah, dua kamar sudah hampir 2 meter
tingginya, karena memang saya minta untuk diselesaikan dulu 2 kamar itu, kamar
mandi dan dapur agar kami bisa pindah ke sana lebih dahulu, kontrakan rumah
bulan depan sudah habis Boss,” jelas
Sofian .
“ Apa tidak diperpanjang dulu kontrankannya sambil
menunggu rumah jadi Mas…”
“ Tidak, Boss. Sekalian untuk mengawasi
tukang-tukang kalau Imoeng tinggal di rumah itu .”
“ Mas Sofian sebaiknya pertimbangkan dulu pengunduran
dirinnya, paling tidak sampai rumah itu selesai dibangun, nanti saya ikut
membantu sampai selesai .“
“ Terima kasih Boss. Tapi saya harus segera memulai
KSP saya di Kaltim secepatnya, karena program Bank Kaltim untuk menyalurkan
dana pinjaman untuk usaha mikro harus terealisasi awal bulan ini, karena saya
dapat modal dari bank tersebut Bos.”
“ Apa Mas Sofian mau pakai modal dari saya, tetapi
tetap itu usaha Mas Sofian sendiri, jadi statusnya dana pinjaman terhadap saya…
butuh modal berapa, Insyaallah ada kok Mas?”
“ Tidak Bos…terima kasih, saya sudah mendandatangi
surat perjanjian kerjasamanya dengan pihak bank, walaupun belum secara resmi,
nanti saya jadi tidak dipercaya lagi Boss kalau membatalkannya,”
“ Oh..begitu ya…ya sudah besok kita bereskan
laporan-laporannya, hari ini sudah terlalu sore, Mas Sofian juga capek kan..”
“ Oke…Boss, besok pagi saya ke kantor”
Sambil menurunkan Haji Damang di kantor sekaligus
rumah buat Haji Damang bila sedang berkunjung ke Tabalong.
Sofian segera pulang ke rumah, ingin menceriterakan
pada Imoeng kalau dia sudah berhasil
menyampaikan tentang pengunduran dirinya ke Haji Damang.
Hari sudah sore, mejelang magrib ketika Sofian
mampir sejenak ke rumahnya yang sedang dibangun. Senyum tipis mengembang di
wajahnya, tanda bahagia. Pembangunan rumahnya telah berjalan lancar, 2 buah
kamar sudah tinggal memasang atap sementara. Dia dan keluarganya akan segera
menempati rumah sendiri, hasil keringat sendiri. Cita-cita ingin mempunyai
rumah sudah hampir kesampaian. Sofian banyak besyukur, karena semenjak Imoeng
ikut tinggal di Kalimantan rejekinya mengalir begitu deras. Bahkan sekarang dia
sudah hendak mempunyai usaha KSP sendiri.
Suami istri kalau hidup bersama ternyata rejeki dimudahkan
dan dilancarkan oleh Allah, kenapa juga Imoeng baru mau datang ke Kalimantan
sekarang, setelah ada banyak masalah di Kudus. Namun apapun yang ternjadi
Sofian justru bersyukur dengan adanya masalah Imoeng jadi mau hidup di
Kalimantan.
Tukang-tukang sudah pulang, bahan-bahan bangunan dan
alat-alat bangunan berserakan di sana-sini, Sofian merapikannya sejenak, agar
tidak kena air bila malam nanti turun hujan, dan tidak diambil oleh orang-orang
jahil walaupun di sekeliling bangunan sudah diberi pagar seng tinggi.
Ketika sayup-sayup adzan maghrib terdengar dari
kejauhan, Sofian segera menutup pintu pagar dari seng, untuk menuju mobil dan
kembali ke rumah kontrakan yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah yang
sedang ia bangun itu.
Sofian juga sudah mulai mengakrabi tetangga yang
sedang berjalan sepulang dari bekerja di tambang. Mereka biasanya
diantar-jemput oleh bis-bis karyawan yang berhenti di jalan raya depan gang.
Ada juga yang sedang berjalan menuju masjid, karena memang tak lama lagi adzan
Magrib segera berkumandang di Masjib seberang jalan raya di depan gang. Satu
dua kera bermunculan bergelantung di pohon Ketapi yang terletak di seberang
jalan rumah yang sedang dibangun. Ada satu dua buah Ketapi yang sudah tua,
kera-kera itu menyerbunya sebelum malam datang dan kawanan kelelawar datang
memilih buah-buah yang sudah masak. Kehadiran kera-kera di perkampungan yang
sudah banyak penduduknya itu tergolong nekat, karena di hutan-hutan sudah tidak
menyediakan makanan lagi baginya. Bahkan sudah berganti dengan rumah-rumah
penduduk dan pohon-pohon karet yang tidak memberi arti bagi kehidupan para kera
itu. Maka dia suka melompat dari pohon ke pohon menuju perkampungan, siapa tahu
ada makanan di sana.
Siapa cepat dia dapat tak peduli berlaku pada
manusia saja, binatang-binatang itu pun sekarang harus beradu cepat dengan
manusia agar memperoleh makanan untuk kelansungan hidupnya. Apalagi setelah
eksplotasi penebangan kayu di dalam hutan, dilanjutkan dengan pembentukan
site-site tambang yang secara besar-besaran terjadi Tabalong, binatang-binatang
itu seolah-olah minta perlindungan serta kenyamanan yang dirampas oleh manusia.
Sampai di rumah Sofian langsung menuju ke kamar
mandi, untuk mandi dan membersihkan diri serta berwudhu. Karena di ruang tengah
Bapak, ibunya, Imoeng dan anak-anaknya sedang menunaikan sholat Maghrib.
Semenjak ada bapak dan ibunya datang keluarga Sofian membiasakan sholat Maghrib
berjamaah di rumah. Kalau Sofian sedang di rumah, ia yang menjadi imamnya,
namun bila tidak ada bapaknya biasa menggantikan posisinya menjadi iman sholat.
Sofian cepat-cepat mandinya sehingga sempat
mengikuti sholat berjamaah walaupun hanya satu rekaat saja.
Usai sholat berjamaah biasanya dilanjutkan dengan
makan malam bersama. Karena setelah itu Ayuk dan Ais harus segera belajar dan
menyiapkan buku-buku yang harus dibawa ke sekolah esoknya.
Sambil membereskan bekas makan malam Imoeng
menyempatkan menanyakan tugas-tugas dan PR yang mungkin ada pada Ayuk dan Ais.
“ Ais…PR sudah dikerjalan belum ?”
“ Sudah , Buk..ae…oh iya besok disuruh membawa
kertas karton berwana emas dan merah Buk..untuk membuat prakarya di sekolah
besok..” kata Ais.
“ Kenapa baru bilang sekarang Ais…lihat tuuh, di
toko masih ada kadak..?”
Ais segera berlari ke ruang depan yang digunakan
sebagai toko oleh ibunya.
“ Ada..hanya merah Buk..ae..yang emas kadadak..”
“ Boleh ulun nukar di toko depan sana Buk..ae..”
“ Sudah malem Ais, biar nanti diantar Mas Dwi kalau
sudah pulang”
“ Kelawasan Buk ae…Mas Dwi belum tentu pulang cepat
“
“ Ya sudah kalau sudah selesai biar ibuk saja yang
menukar “
Usai membantu anak-anaknya menyiapkan keperluan
sekolahnya.Imoeng mendekati suaminya yang sedang berbincang-bincang dengan
bapak mertuanya.
“ Bagaimana, Pak ? sudah pamit sama Haji Damang?”
Tanya Imoeng pada suaminya.
“ Sudah Buk, tapi kata Bos Damang besok pagi saya
harus ke kantor dulu untuk menyerahkan laporan-laporan sekaligus Bos Damang
akan menelitinya kondisi keuangan kantor ,”
“ Semoga tak terjadi apa-apa Pak, semua lancar, toh
selama ini kita sudah jujur dengan semua pembukuan di KSP ‘Damai’ semoga juga
tak ada yang menyalahi kita “ Jawab
Imoeng yang sudah duduk di samping suaminya.
“ Wong kerjo
kuwi ati-ati Le, ojo nyalah-nyalahi uwong, mengko mundak awak dewe disalahi
wong liyo, angger nandur apik, mbesok leh panene apek, wis percoyo kuwi wae..”
nasehat Bapaknya Sofian yang ikut mendengarkan cerita-cerita dari anak dan
menantunya.
“ Iya..Pak. maturnuwun
nasehatnya, aku ingat-ingat selalu…”
Mereka berbincang-bincang sampai jam 9 malam, karena
Sofian juga sudah mengantuk setelah seharian keluar kota menjemput Haji Damang dan istrinya.
b e r s a m b u n g....
format fontnya mesti diubah agar lebih jelas dan nyaman dibaca
BalasHapusudah dicoba gak bisa terus Mas...gimana caranya Mas, ajarin dong
Hapus