Beberapa bulan di Tabalong pertumbuhan Dwi memang
terasa begitu cepat, badannya yang dulu kurus tak terurus mulai bersini dan
tambah tinggi, dengan kulit yang bersih dan wajah yang lumayan tampan, Dwi menjadi bahan incaran gadis-gadis Mabuun. Tak
terkecuali anak-anak sekolah SMA, karena memang bila Dwi masih sekolah, kelas 3
SMK. Apalagi sekarang Dwi sudah mempunyai penghasilan sendiri dari bengkel
radiatornya, senang mentraktir teman-temannya pula, sehingga banyak gadis yang
mendekati. Kalau dibiarkan bisa-bisa Dwi salah arah pergaulan dengan anak-anak
muda di situ.
Malam harinya Sofian mengajak berembuk dengan Imoeng
soal pengunduran dirinya dari KSP Damai milik Haji Damang. Sofian ingin segera
memulai usaha barunya, namun kalau dia sudah memulai usahanya berati akan
sering meninggalkan Tabalong karena dia ingin mendirikan usaha KSP di Kaltim,
padahal pembangunan rumah baru dimulai, apa nanti gak kacau. Siapa yang akan
mengawasi pembangunan rumahnya.
“ Gimana, Buk ya! sebaiknya segera resign dari KSP
Damai, apa kita undur ya? sampai rumah setengah jadi dan kita bisa
menempatinya..?”
“ Terserah Bapak ae, tapi memulai lebih cepat lebih
baik, karena omongan Bu Damang kemarin
sungguh tidak mengenakkan, bukannya berterima kasih usaha suaminya dikerjakan
sampai maju berkembang seperti ini, eeh malah nuduh yang bukan-bukan..”.
“ Makanya itu kita harus bisa membuktikan bahwa kita
bisa usaha sendiri tanpa menggantungkan bantuan dari suaminya…” Balas Sofian.
“ Kalau begitu, minggu depan kalau Haji Damang
datang sampaikan saja surat pengunduran diri dan alasannya “
“ Iya Buk, sambil menunggu Haji Damang datang, saya
akan memastikan bank calon investor kita dan saya akan menghubungi kawan-kawan
yang di Samarinda untuk mencarikan tempat untuk
kantor sementara .”
“ Oh..ya, kemarin ibu bilang kalau Adi akan lulusan
SMA bulan depan, Bapak bisa mengajak Adi, adik pian untuk membantu di Samarinda
dulu, sementara Eko juga biar mengajukan pengunduran diri biar bergabung dengan
Bapak saja.”
“ Oh..iya., ada Adi, dia adikku paling pintar sekolahnya,
nanti tak bilang bapak ibu biar Adi setelah lulusan segera datang ke sini
saja…”
“ Mumpung bapak ibu masih di sini , Bulan depan Adi
sudah selesai ujian jadi tinggal nunggu pengumunan kelulusan dan ijazah saja,
tak apa-apa kesini aja dulu, nanti kalau pas pengumunan mau balik lagi ke Jawa
lagi sebentar. Adi, mudah diajari dan bisa dipercaya, karena selama ini dia
anak baik-baik juga…”
“ Baiklah Buk, bila memang kita sudah siap begini
aku akan segera menyelesaikan kewajibanku di KSP Damai dulu, akan aku siapan
laporan-laporan dan serah terima kepada bos, nanti dikira kita pakai uangnya
malah berabai,” balas Sofian.
“ Tetapi sebaiknya Bapak jangan membocorkannya dulu
sama teman-teman yang lain di KSP Damai karena nanti ada yang gak suka dan
berbuat usil,”
“ Iya..Buk, setelah pamitan sama Haji Damang saja
saya baru pamitan sama teman-teman di kantor .”
“ Lusa saya akan ke Samarinda dulu, mumpung masih
ada bapak yang bisa membantu mengawasi tukang-tukang, dan Lek Ni dan Lek No
juga bisa kita percaya kok, jadi saya tinggah beberapa hari ke Kaltim
sepertinya tidak apa-apa,”
“ Oh ya , Pak. Kalau Bapak mengundurkan diri
sekarang, bapak juga harus segera mengembalikan mobil inventaris kantor looh,
padahal kita butuh mobil untuk sarana transportasi kemana-mana “
“ Gak apa-apa Buk kan ada sepeda motor, saya biasa
naik sepeda motor jarak jauh juga karena lebih cepat dan lebih hemat “
“ Baiklah Pak, apa besok ke Samarinda mau naik motor
juga..?”
“ Tidaklah Buk. Saya mau naik bis saja, toh di sana
ada teman yang bisa saya pinjam motornya buang kesana-kemari mengurus perijinan
KSP kita di sana,”
“ Iya ..Pak, lebih aman naik bis saja, terlalu jauh
Tabalong – Samarinda “
Akhirnya Sofian dan istrinya memutuskan untuk segera
mengundurkan diri dari KSP Damai, yang membuatnya bisa sampai ke bumi Borneo.
Sambil mengawasi dan memasak untuk para tukang,
Imoeng masih tetap menjalankan bisnisnya menerima pesanan berbagai barang
kebutuhan rumah tangga dan toko ‘serba ada’ di rumah juga masih jalan
sebagaimana adanya.
Ayuk sudah kelas 4 SD dan Ais juga bulan depan sudah masuk kelas 1 SD.
Mereka sekolah di salah satu SD Islam
yang dikelola oleh Yayasan di bawah naungan salah satu perusahaan
tambang yang ada di Tabalong. Kebanyakan anak-anak yang sekolah di sini juga
anak-anak dari para karyawan tambang, yang berasal dari berbagai daerah. Karena
sekolah ini dirasa lebih maju dibandingkan SD-SD lainnya.
Ayuk dan Ais lebih cepat menyesuaikan diri dengan
teman-temannya, bahkan kedua anak itu sudah pandai bahasa Banjar untuk
berinteraksi dengan teman- temannya. Bahkan Ayuk terlalu sering menggunakan bahasa Banjar jadi sudah agak tak lancar menggunakan bahasa
Jawa
b e r s a m b u n g .
Posting Komentar
Posting Komentar