Lebaran telah usai, meski undangan halal bi halal
dan reunian masih aja yang datang. Namun kesibukan sudah agak berkurang. Saatnya nulis lagi..setelah rehat dari
menulis #samberthr selama 33 hari. Jangan kelamaan rehat nulis ntar lupa lagi
cara bagi waktu agar bisa nulis tiap hari lagi.
Oke! Saat ini aku hanya ingin mengisahkan lebaran
yang kini telah berlalu, namun kenangan tetap saja ingin bertemu…(ciee)
Kami memang tidak mudik saat lebaran, karena kami
sudah tinggal di kampung halaman jadi banyak sanak keluarga yang tinggal di
kota yang sama. Justru mereka yang tinggal di luar Kudus lah yang mudik kali
ini.
Ada ponakan yang mudik dari Batam ada kakak yang
mudik dari Jakarta. Tentunya selain bersilaturahmi selama mudik di Kudus,
mereka juga ingin menikmati destinasi wisata baru yang akhir-akhir ini
riwa-riwi di FB dan IG mereka, karena gencarnya nitizen Kudus memamerkannya.
Lebaran ke 3 setelah acara Halal bi Halal keluarga
besar dan mendatangi makam keluarga yang cukup lama tidak berziarah kesana
sebab letak makam yang lumayan agak jauh di sebuah bukit di wilayah Gebog.
Ternyata disana ada makam keluarga yang cukup luas dan masih banyak yang belum
terisi ( oh nooo.. ). Makam dari keluarga besar suami yang konon kakeknya
beristri 4 dan letak makamnya juga berjejer. Semoga selain akur di dunia mereka
akur juga di alam sana.
Bendungan Logung Kudus
Selesai berziarah kami melanjutkan berwisata ke
Bendungan Logung yang menjadi bendungan satu-satunya di kota Kudus, yang belum
lama ini diresmikan oleh bupati Kudus Bapak M Tamzil.
Berbekal Google Map kami terus melaju dari Gebog,
melewati Kecamatan Dawe dan akhirnya sampai di kecamatan Jekulo desa Tanjungrejo tempat bendungan Logung berada.
Namun ternyata kami kecele karena pintu gerbang besar tidak diperuntukkan untuk umum. Sama mas yang
jaga kita diminta balik lagi lewat jalan sempit dengan kanan-kiri kebun kencur
dan ketela untuk sampai tepian bendungan Logung yang dipakai untuk wisata. Mengikuti
petunjuk yang ada akhirnya kita sampai di sebuah lapangan yang digunakan untuk
area parkir mobil. Disana sudah berjajar aneka warna jip untuk yang mau offroad
mengelilingi lapangan menuju ke waduk Logung.
Kami ditawari naik ojek motor menuju ke bendungan
dengan tarif Rp 3.000,- saja, masnya bilang kalau jalan kaki jauh. Ya sudah
naik ojek aja kita menuju Logung, gak tahunya hanya berjarak sekitar 150 meter
saja dari area parkir, melewati jalan yang terjal dan berbatu. Jadi lebih enak
jalan kaki daripada naik motor sih, tapi tak apalah sambil uji ketangkasan
bermotor aja sekalian….
Sampai juga di tepian bendungan Logung. di dekat
sana juga ada beberapa yang menyediakan area parkir motor, jadi kalau bawa
motor sendiri bisa nih parkirnya di dekat sini saja. Ada juga beberapa warung,
penjual minuman, kopi dan es. Jadi jangan takut haus disana ada penjual minuman
dan makanan ringan juga kok..
Di tepian waduk Logung disediakan tenda dengan kursi-kursi bagi yang hendak naik
perahu. Beberapa perahu yang sudah dilengkapi jaket pelampung untuk keamanan
juga sudah siap menunggu calon penumpang. Tarif naik perahu adalah Rp 15.000,-
untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak, penumpang akan dibawa keliling
waduk Logung sampai di Sungai Tempur Songo selama 30 menit. Lumayan lah buat
warga Kudus, yang jauh dari laut untuk sekedar menikmati sensasi naik perahu.
Usai menikmati sensasi naik perahu di waduk Logung,
kami kembali ke area parkir mobil dengan jalan kaki, karena ternyata dekat saja
tak perlu naik ojek.
Bendungan Logung yang dibangun sejak tahun 2014
dengan nilai kontrak Rp 620 miliar dikerjakan oleh PT Wijaya Karya dan Nindya
Karya, dengan tinggi bendungan 55 meter dan panjang 350 meter dan mampu
menampung air 20,15 juta meter kubik. Bendungan Logung diharapkan bisa memenuhi
kebutuhan air irigasi lahan seluas 5.296 hektare sawah di Kabupaten Kudus.
Bendungan Logung mulai diisi air pada tanggal 18 Desember 2018
Selain untuk keperluan irigasi dan penampungan air
saat musim hujan, bendungan Logung juga dikembangkan menjadi objek wisata namun
saat ini yang ada baru wisata naik perahu saja. Walau sebenarnya pemandangan
waduk Logung sangat indah namun kita belum bisa menikmati secara keseluruhan.
The Hill Vagansa
Hari berikutnya kami ingin mencoba destinasi wisata
yang tergolong baru di kota Kudus, yaitu The Hill Vaganza yang terletak di desa
Kajar, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. The Hill Vaganza yang baru dibuka pada
tanggal 16 Juni 2018 berjarak 13 KM dari pusat kota Kudus, merupakan Bukit
Wisata dan Resto di kawasan lereng Muria. Mudah untuk mendapati tempat wisata
ini karena terletak di pinggir jalan utama menuju makam Sunan Muria. Bisa di
capai dengan motor, mobil maupun angkutan umum ke Colo- Muria.
Tiket masuk The Hill Vaganza Rp. 20.000,- per orang,
bisa pakir motor atau mobil gratis. Tempat luas, dari yang tinggi di atas bukit
sampai yang rendah masuk ke lembah dengan hawa khas pegunungan menjadi daya
tarik tersendiri untuk pengunjung The Hill Vaganza. Penataan Gazebo ,
kursi-kursi, taman dan banyak spot berfoto yang menarik dari atas sampai bawah
membuat kita betah berlama-lama disini. Namun sayang bila siang hari terik
matahari sangat terasa, karena kurangnya pohon besar yang mungkin sudah banyak
dipotong diganti dengan pohon plastik sekedar untuk mengejar keindahan warna
yang tampat di photo.
Masuk di area The Hill Vaganza kita dibuat serasa
berada di luar negeri, dengan tatanan payung warna-warni, rumah hobbit, balon
udara, spot love, bunga-bunga , jembatan kayu, serta spot jembatan ala-ala Jepang
dengan bunga sakuranya serta penyewaan baju ala kimono Jepang membuat warga
Kudus dan sekitarnya penasaran untuk berkunjung kesini. Apa lagi buat para
penggiat foto selfie, pasti akan termanjakan dengan area ini. Serasa di luar
negeri, men….(entah luar negerinya yang sebelah nama hahaha..)
Karena daku datang pas masih dalam suasana libur
lebaran jadi suasananya ramai banget, sampai-sampai pengelola menyediakan 2
lahan parkir di luar area untuk mengatasi pengunjung yang membludak saat hari
libur seperti ini. Tak perlu kawatir karena pengelola juga menyediakan mushola,
tempat sholat dan juga beberapa toilet, namun sayang saat ramai begini tenaga
kebersihannya kurang jadi kurang bisa menjaga kebersihan fasiltas yang
disediakan.
Untuk Restonya, saat itu kami pesan Nasi, ayam
bakar, capjay, mie goreng, nasi goreng , sebenarnya kurang dalam hal rasa dan
penyajiannya masih kurang. Bahkan kelapa muda yang kami pesan dengan harga
19.000 serasa makan kelapa untuk dimasak.
Maaf saja ya…kalau aku jujur… agar pihak pengelola
membenahi lagi pelayanan resto bukan hanya mengejar target perluasan area saja.
Semoga kedepannya pihak pengelola The Hill Vaganza
mau berbenah diri karena sekarang masih sibuk proyek pengerjaan lahan wisata.
Sehingga bisa menjadi destinasi wisata andalan di kota Kudus, bukan hanya ramai
di awal saja.
Karena waktu sudah menjelang sore kami segera pulang
untuk beristirahat, dan melanjutkan acara silaturahmi ke saudara-saudara yang
belum sempat kami kunjungi lainnya.
Semoga bermanfaat buat yang mau berlibur di kota
Kudus. Masih banyak destinasi wisata lainnya, yang sebagian sudah pernah daku
tulis dan beberapa diantaranya masih belum sempat daku kunjungi dan daku tulis.
Sampai jumpai di cerita tentang kota Kudus lagi ya…
Posting Komentar
Posting Komentar