Hari Rabu tanggal 13 November 2019 jam 7.45
kemarin, saya sudah standby di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kudus,
yang terletak di belakang GOR Wergu Wetan Kudus. Hari itu saya diminta menjadi
juri pada lomba bercerita tingkat SD se Kabupaten Kudus, bersama penyair
kondang Kudus Bapak Mukti Sutarman Espe dan Mbak Pipiek Isfiati yang dikenal
sebagai seniman, penulis, dan pemain
teater di Kudus. Sambil menunggu persiapan para peserta dan pembimbingnya untuk
pengambilan nomer undian peserta dan lain-lain, kami bertiga para juri berembuk
di lobby gedung Kearsipan untuk menentukan standar nilai, dan komponen
penilaian seperti: penampilan, teknik bercerita, penguasaan materi, dan skill.
Untuk lomba kali ini sesuai kesepakatan sebelumnya peserta pengambil cerita
dongeng dari buku Cerita Rakyat Dari Kudus (Jawa Tengah) karangan Yudiono
K.S. dan Kismarmiati yang diterbitkan
oleh Grasindo 1996.
Pada lomba kali ini setiap UPT Pendidikan kecamatan
menampilkan 1 orang peserta saja, kalau di Kudus ada 9 kecamatan berarti hanya
ada 9 peserta saja. Karena masing-masing di wilayah keamatan sudah mengadakan
seleksi sendiri.
Jam 8.30 kami dewan juri sudah memasuki area
perlombaan, yang oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kudus dilaksanan secara
outdoor, yaitu di halaman samping kanan gedung Perpustakaan. Tempat lomba sudah
ditata secantik mungkin, ada batu bata yang ditata serupa candi dan pohon bambu yang melingkupi menciptakan
suasana bagai jaman kala dongeng itu ada.
Saya sendiri kebetulan dapat tepat duduk tepat di
depan panggung persis di tengah, kebetulan nih, bisa ambil gambar dan video
secara leluasa, sambil melakukan penilaian para peserta tentunya. Sayangkan
kalau kesempatan mengambil gambar dan video dilewatkan.
Peserta pertama Almira Farra Abdilah dari SD
Unggulan Muslimat NU Kudus tampil cukup bagus dengan membawakan Dongeng Bulus
Sumber. Almira tampil cukup energik dengan wayang daminya, ekspresinya untuk
menggambarkan dialog tokoh-tokoh yang ditampilkan cukup baik, hanya sedikit
kecepatan saja.
Penampilan kedua oleh Ikhwan Ibnu Faroid dari SD1
Prambatan Lor Kaliwungu Kudus. Ikhwan tampil ekpresif dan total menirukan
dialog tokohnya dalam cerita Asal-usul Industri Kretek. Yang mengisahkan
tentang hilangnya seorang putri Prabu Brawijaya yang bernama Dewi Nawangsekar.
Ki Sungging Adiluwih yang dituduh membawa kabur Dewi Nawangsekar tetap pada
pendiriannya, kalau bukan dia yang mencuri Sang Putri, namun Prabu Brawijaya
tetap tidak percaya hingga terjadi peperangan. Pada akhirnya Ki Sungging
Adiluwih mendapat hukuman untuk menggambar layang-layang dengan wajah Dewi Nawangsekar saat
layang-layang melayang di udara. Ki Sungging dengan senang hati menerima
hukuman itu. Pada saat melukis di udara dan tertiup angin kesana-kemari
akhirnya kantong Ki Sungging yang berisi tembakau tercecer di udara. Maka Ki
Sungging berkata daerah yang terkena ceceran tembakau kelak akan menjadi makmur
dan terkenal karena tembakau atau rokoknya. Ternyata daerah itu adalah Kudus,
yang sampai sekarang banyak industry rokok kreteknya. Sehingga kota Kudus
makmur karena industri kretek atau rokoknya.
Penampilan selanjutnya, oleh Imam Satria dari SD Kajar
Dawe Kudus, dengan Dongeng Batu Gajah. Dilanjutkan dengan penampilan Meyla
Auliya dari SD Karangmalang Gebog Kudus, membawakan cerita yang sama yaitu,
Dongeng Batu Gajah, yang mengisahkan tentang terjadinya suatu tempat di daerah
Gebog dan Jepara, yang berasal dari tubuh gajah yang dibagi 3.Yaitu di Menawan
dan Kedungsari Gebog Kudus, serta Batu Gajah di Mayong Jepara.
Penampilan kelima oleh Restiana Pratiwi dari SD 3
Kesambi Mejobo Kudus, yang membawakan cerita Asal-usul Kota Kudus. Dongeng ini
mengisahkan tentang seorang saudagar yang berasal dari Cina, yaitu The Ling
Sing yang pandai menyungging atau mengukir.
Karena kepandariannya beliau mendapat perintah untuk mengukir istana
kerajaan Majapahit dan mendapat hadiah sebidang tanah yang disebut Sunggingan.
Pada saat yang sama Syekh Jafar Sodiq dari Persia mendapat tugas dari
Kesultanan Demak untuk menyebarkan agama Islam di daerah dekat Sunggingan.
Karena kepandaian Syekh Jafar Sodiq dalam mengambil hati masyarakat Kudus yang
pada saat itu masih memeluk agama Hindu misalnya dengan memperbaiki bekas
bangunan candi yang sebelahnya dibangun masjid ( menara Kudus) dan
memperlakukan hewan Sapi sebagai yang dikeramatkan agama Hindu dengan baik,
pada akhirnya banyak yang tertarik mendengarkan khotbahnya dan menyatakan diri
masuk agama Islam. Termasuk The Ling Sing yang akhirnya mendapat gelar Kyai
Telingsing. Dan Syekh Jafar Sodiq mendapat sebutan sebagai Sunan Kudus. Karena
masjid yang dibangun terdapat lempengan batu yang menyerupai Hajar Aswad maka
di sebut Al –Quds, yang artinya suci atau Kudus. Maka daerah itu disebut dengan
Kudus.
Selanjutnya Nesya Rachililia Rahayu Nugraha dari SD
4 Bulungcangkring Jekulo Kudus membawakan cerita yang sama Asal-usul Kota
Kudus. Dilanjutkan dengan penampilan Gwen Kendra Akwila dari SD Jati Kulon
Kudus, Gwen yang lincah membacakan cerita Kisah Saridin Yang Sakti yang sudah
dibuat kekinian, dengan bahasa yang dicampur-campur bahasa kekinian dan bahasa
Inggris, penampilan Gwen yang kekinian
mungkin bermaksud agar dongeng bisa
diterima oleh anak-anak yang kekinian juga.
Saridin yang sakti tetapi agak sombong itu
sebenarnya adalah putra dari Sunan Muria. Saridin punya kesaktian menimba air
dengan keranjang, Saridin yang nakal dan sombong akhirnya mendapat julukan
Syekh Jangkung oleh Sunan Kudus. Karena kesombongannya itu pula Saridin diusir
beramai-ramai dari pondok pesantren Sunan Kudus.
Penampilan selanjutnya oleh Jessica Chatarina Denis
dari SD Wates Undaan Kudus, seorang gadis kecil pindahan dari Samarinda ini
membawakan kisah Asal-usul Kota Kudus dengan membawa alat peraga berupa
foto-foto yang dipertontonkan sebentar –sebentar.Mungkin karena bukan orang
Kudus asli, penampilannya agak datar walau Jessica sudah berusaha menguasai
materi dengan baik namun sayang sewaktu ditanya juri nama-nama kecamatan di
Kudus, kurang menguasai.
Penampilan terakhir oleh Diva Eka Putra dari SD
Dersalam Bae Kudus. Membakan dongeng Asal Usul Kota Kudus sebagai penutup dari
penampilan semua peserta siang itu.
Jam 12 kurang setelah peserta tampil semua, kami
para juri berembuk sambil menikmati makan siang yang sudah disediakan oleh
panitia.
Ada beberapa catatan dari juri untuk lomba kali ini,
misalnya tentang penguasaan cerita, performen awal yang biasanya diawali dengan
nyanyian atau tembang namun justru malah merusak sauna karena kurangnya
persiapan yang baik, atau nyanyian yang dibawakan tidak sesuai dengan dongeng
yang dibawakan. Selain itu tentang alat peraga yang terkadang hanya terkesan
sebagai hiasan saja karena kurang dipergunakan dengan baik, namun ada salah
seorang peserta yang mampu mempergunakan satu alat peraga menjadi multi guna
dalam menampilkan karakter tokoh-tokohnya. Semua tergantung kreatifitas
pembimbing dan anak itu sendiri.
Yang penting dalam lomba ini anak-anak tidak
dijauhkan dari dongeng yang tumbuh di sekitar kita, sehingga anak-anak
bisa mengenal dan mencintai budaya
daerah masing-masing. Dan dongeng tidak luntur ditelan jaman yang sudah
terkalahkan dengan cerita-cerita kartun masa kini.
Pada akhirnya juri menetapkan, Ikhwan Ibnu Faroid
sebagai Juara 1 , Gwen Kendara Akwila sebagai juara 2 dan Almira Farra Abdillah
sebagai juara 3. Sedangkan juara harapan 1 oleh Nesya Rachililia Rahayu
Nugraha, harapan 2 oleh Jessica Chatarina Denis, serta Restiana Pratiwi sebagai
juara harapan 3. Siang itu juga hasil lomba diumumkan, jadi para pemenangnya
sudah bisa mendapatkan piagam dan hadiah untuk dibawa pulang.
Tugas dewan juri selesai siang itu, namun diminta
untuk membimbing Sang Juara untuk maju ke tingkat provinsi dalam Lomba Bercerita
tingkat Provinsi Jawa Tengah mendatang.
Alhamdulillah acara berlangsung lancar dan para
juara pun sudah diperoleh, saya pulang dengan hati riang, begitu kaaan…
Terima kasih Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Kabupaten Kudus, terima kasih untuk para pembibing dan para peserta yang
sungguh luar biasa.
Kudus 15 November 2019
Salam hangat
Sri Subekti Astadi
Posting Komentar
Posting Komentar