Sudah dua bulan ini aku mengikuti senam bersama para
oma dan opa pensiunan di Kudus. Sebenarnya grup senam ini diikuti oleh para
pensiunan yang biasa mengambil uang pensiun di bank BTPN Kudus. Namun karena
adanya pandemi kegiatan senam ditiadakan. Setelah beberapa bulan vakum, mulai
bulan Agustus kemarin diadakan kembali namun dibagi menjadi kelompok –kelompok kecil
dengan anggota antara10-12 orang saja. Kebetulan salah satu kelompok
berkegiatan senam di rumah pelatihnya yang ada di sebelah tempat tinggal kami
persis. Jadilah saya diajak gabung oleh Bu Juli pelatih sekaligus tuan rumah
tetangga saya itu. Karena usia yang tak lagi muda, aku sudah tak mampu lagi
mengikuti senam aerobik dengan gerakan loncat-loncatnya, maka tertariklah untuk
bergabung bersama oma opa, yang
berjumlah 12 orang itu. Tempatnya pun hanya di sebelah rumah, jadi tak perlu
jauh-jauh ke luar rumah.
Agar bukan hanya fisik saja yang kuat namun juga
jiwa juga senang, rupanya oma opa ini biasa mengadakan tour atau wisata
kecil-kecilan yang tak terlalu jauh dari kota Kudus. Kalau bahagia dan imun pun
terjaga, benar juga ya...
Jadilah kami merancang wisata kecil-kecilan
dengan lokasi sekitar gunung
Muria, yang berjarak kurang lebih 30 KM dari kota Kudus.
Pagi itu dengan menyewa mobil Suzuki elf kami
berangkat dari Kudus. Protokol kesehatan
tetap kami lakukan. Dengan memakai masker dan duduk berselang satu, karena
peserta hanya12 + 1 sopir saja. Jam 07.00 tepat kendaraan mulai berjalan, di dalam kendaraan
bunyi video dangdut distel kenceng yang bikin aku pusing, dan rencana mau tidur
di perjalanan batal. Apalagi melewati jalan yang menanjak dan sempit. Dengan
suara oma-oma berkaraoke kenceng, jelas membuat aku kurang nyaman. Tapi tak
apalah, yang penting mereka bahagia.
Jam 08.30 kami sudah ada di pintu masuk, menuju
arena Agro Wisata Jolong, sampai di pintu masuk pun terjadi keributan diantara
oma-oma itu. Ada yang bilang harusnya masuk pintu 2, ada yang bilang benar
harus masuk ke pintu 1 saja. Aku sih nurut aja deh...
Akhirnya kami masuk dari pintu 1, suasana masih sepi
walau penjaga tiket masuk sudah siap di tempat. Oh iya, untuk masuk ke area
wisata harus membayar Rp 10.000,- per orang ditambah biaya parkir kendaraan.
Usai membayar tiket masuk, kendaraan mengikuti petunjuk arah menuju area
parkir.
Area parkir yang berada di bawah pohon jeruk Pamelo masih sepi hanya kendaraan kami saja yang ada.
Yang jualan juga sepi hanya 1-2 orang saja. Mungkin karena bukan hari libur dan
dalam suasana pandemi juga.
Kami bingung yang ditonton apa ya, dan para oma
masih berlanjut enyel-enyelannya. Mereka malah berdiri berombol , tak mengerti
apa yang harus dilihat dan didatangi.
Sambil menunggu mereka enyel-enyelan aku manfaatkan untuk ambil gambar
dan video saja. Ternyata dapat view
keren banget, ada latar belakang gunung dan sekolah yang masih tutup,
lumayan bisa nambah video untuk You- tube.
Setelah tanya kesana-kemari akhirnya dapat petunjuk,
kami harus berjalan masuk melewati area pedagang yang kosong, dan semacam
rumah-rumah penginapan yang sepertinya juga kosong.
Akhirnya kami ketemu kios penjual kopi yang hanya
satu orang saja. Jolong memang terkenal dengan perkebunan kopinya. Jadilah kami
berebut untuk membeli kopi, karena kebetulan yang jualan hanya satu kios saja.
Selain kopi Jolong yang masuk dalam kecamatan Gembong, terkenal dengan tape singkongnya
yang manis. Lagi –lagi penjual hanya sedia beberapa besek tape, akibatnya berebut untuk beli lagi.
Setelah mengerubuti kios penjual kopi, kami berjalan
masuk ke arah pabrik. Kami duduk-duduk di bangku yang ada, pas lihat ke bawah,
naah...ternyata ada taman yang cantik dan sangat instagramer banget. Untuk
masuk kesana harus bayar tiket lagi. Kata Mbak penjual tiket, sebenarnya akan
banyak destinasi yang disediakan namun yang siap menerima pengunjung baru Taman
Garden Valley saja, yang lain masih dalam tahap renovasi, katanya.
Jadilah sebagian dari kami masuk ke Garden Valley,
yang lain malas dan hanya duduk-duduk di atas saja.
Garden Valley
Sebenarnya tahun-tahun kemarin destinasi ini memang
sudah ada tapi belum lengkap dan rapi seperti ini.
Sebelum masuk ke Garden Valley kita diwajibkan untuk
membeli tiket masuk seharga 5k , memakai masker , cuci tangan di tempat yang telah
disediakan. Tepat di pintu masuk Garden Valley tersedia toilet yang
bersih, kalau pingin ke toilet cukup
dengan membayar 2k saja.
Rasanya dua jam masih kurang untuk keliling dan
berswa foto pada spot-spot cantik yang telah disediakan dan instagramer banget. Semua spot pingin
dijajal untuk diabadikan dalam bentuk foto maupun video.
Oma-opa pun tak merasakan lelah keliling Garden
Valley yang seluas kurang lebih 2 hektar dan posisi area pegunungan yang naik
turun. Sudah termasuk olag raga juga nih...
Yang paling aku suka di Garden Valley banyak
bunga-bunga indah bermekaran ditambah wangi bunga kopi yang menjadi ciri khas Perkebunan Jolong, menjadikan udara
sangat sejuk dan menenangkan. Panasnya terik matahari jam 10.00 pagi menambah
semangat untuk berkeliling dari ujung ke ujung.
Usai berkeliling Garden Valley sebenarnya aku ingin
berkunjung ke pabrik kopinya, namun ternyata lumayan jauh jalan kaki dan sudah
diminta masuk ke dalam kendaraan kembali untuk melanjutkan kunjungan ke
destinasi lain.
Dalam perjalanan menuju parkir kendaraan, kita
mampir lagi ke kios penjual kopi yang tadi. Bermacam-macam kopi kemasan buatan Jolong
sendiri dijajakan di sini. Berbagai macam merk kopi, dan cara pembuatan kopi
yang berbeda-beda. Ada kopi asli yang disangrai secara tradisional, ada kopi
oven trus digiling. Dan yang tak kalah menarik ada ‘Kopi Lanang’ yang menurut
penjualnya dikhususkan untuk para lelaki untuk menambah stamina, yang terbuat dari kopi murni dicampur
ramuan khusus untuk pria.
Usai membeli kopi, kami langsung melanjutkan
perjalanan ke lereng gunung Muria, yang masuk ke area kabupaten Kudus kecamatan
dawe, yaitu desa Wisata DukuhWaringin.
Insyaallah akan saya sambung pada tulisan berikutnya.
Terima kasih
Salam hangat
Sri Subekti Astadi
Posting Komentar
Posting Komentar