Siapa yang sudah pernah makan jenis masakan Kotokan
ini, yang tinggal di sekitar Pantura atau Jawa Tengah utara mestinya banyak
yang tahu. Sayur kotokan ini sepertinya menu paling irit untuk sarapan di
wilayah kota Kudus dan sekitarnya. Apalagi bila kotoan itu hanya berupa tahu
dan tempe yang dibuah sayur kuah dengan santan. Sudah mewakili makan sayur
berkuah sekaligus sebagai lauk. Irit bukan ?
Kali ini saya ingin memadukan bumbu Kotoan ini untuk
mengolah kecambah wuku yang dipadu dengan daging kerbau (khas Kudus tentunya)
dan tempe. Oh iya, sudah tahu kan dengan kecambah wuku, yaitu kecambah yang
dibuat dari biji kapas bukan dari biji kedelai seperti biasanya. Ikuti yuk
bahan yang dibutuhkan dan cara memasaknya.
Bahan yang dibutuhkan:
-
Kecambah wuku 2 tuyuk ( beli 4000 rupiah
saja )
-
Daging kerbau 1 ons ( harganya 13,000
rupiah), cincang halus biar cepet empuk. Karena tekstur daging kerbau lebih
kasar daripada daging sapi.
-
Tempe 1 potong ( harga 2000 rupiah)
-
Kelapa parut seperempat butir ( harga
2500 rupiah), buat santan secukupnya.
-
Bawang merah 7 siung , iris tipis-tipis
-
Bawang putih 4 siung, iris tipis-tipis
-
Cabai merah/ hijau? Rawit ( sesuai
selera), iris serong
-
Lengkuas sekerat
-
Daun salam 2 lembar
-
Garam, penyedap rasa dan gula putih
secukupnya sesuai selera.
Cara Membuatnya:
Tumis Bawang merah sampai harum, masukkan bawang
putih dan cabai iris sampai semua layu. Kemudian masukkan daging kerbau, oh iya
kenapa saya memilih daging kerbau karena memang yang beredar di pasar –pasar
Kudus kebanyakan daging kerbau sesuai dengan petuah Sunan Kudus, sebagai bentuk
toleransi dengan agama lain pada jaman dahulu kala. Jangan lupa masukan juga
tomat, daun salam dan lengkuas.
Tambahkan air secukupnya, masak dengan api kecil
sampai daging matang dan empuk. Jangan
lupa masukkan tempe yang sudah diiris-iris agar tempe ikut matang juga. Setelah
daging benar-benar empuk ( karena sudah dicacah tentu akan lebih cepat),
masukkan kecambah wuku yang sudah dibersihkan kedalam masakan. Terakhir masukan
santan sambil diaduk-aduk terus agar santan tidak pecah dan kuah jadi ambyaar
kurang nikmat. Tambahkan garam, penyedap rasa dan sedikit gula.
Tunggu sampai benar-benar matang, silakan hidangkan
untuk menemani sarapan atau makan siangmu. Kalau masih sisa bisa dipanasin lagi
buat makan berikutnya. Kurang ngirit gimana coba!
Ayo, dicoba. Kalau di tempatnu nggak ada daging
kerbau bisa di ganti daging sapi. Tapi yang namanya masakan tradisional khas
suatu daerah ya...enaknya sesuai warisan leluhur dong!
Untuk lebih jelasnya boleh klik video ini, sila
disubscribe juga ya...terima kasih.
Masakan ini bisa juga untuk menemani makan sahurmu besok yang sudah memasuki bulan
Ramadan, bikinnya sore hari tinggal dipanasi sebentar buat makan sahur. Praktis
dan bergizi tentunya...
Terima kasih, selamat memasuki bulan Ramadan bagi
umat Muslim, semoga dapat beribadah dengan lebih khusuk dari tahun-tahun sebelumnya.
Kudus, 23 Oktober 2020
Salam hangat,
Sri Subekti Astadi
Posting Komentar
Posting Komentar