Sri Subekti Astadi
Puisi : 2
Akulah Cinta itu…
Akulah cinta yang mengalir pada
darah-darah ibu saat meregang nyawa melahirkan
pada tetes keringat ayah yang tak pedulikan letihnya membanting tulang,
yang mengendap pada hati sang Guru saat
mengalirkan ilmu pada anak didiknya
yang lirih terdengar isaknya saat dua pertiga malam dengan penuh harap
pada-Nya.
"cintailah aku walau hanya dengan
remahan sisa makananmu agar cukup mengganjal perutku" ujar pengemis itu
sementara di sampingnya seorang bocah
kurus berkudis tak mau diam merengeng menahan lapar, dingin dan kasih sayang.
aku hanya butuh cinta dengan memberiku
lapangan kerja, sebagai sumber nafkah keluarga
tambahi terus aku ilmu, agar kebodohan
tak menyesatkanku, membawaku pada kegelapan yang tak jangkau
atas nama cinta jangan biarkan para
renta membawa beban berat di hidupnya, kasihani dia..sayangi dia..
karena dari rahim-rahim mereka engkau
pernah bersemayam di sana dengan penuh cintanya
lalu pada cinta yang mana lagi engkau
hendak sembunyikan kebusukanmu yang rakus memakan uang rakyat
dengan dalih cinta, engkau umbar
janji-janji sakti pendongkrak kemenanganmu...
kami sudah tak begitu peduli dengan
cinta yang kau semai saat kampanye tiba
karena kami tahu tak ada cinta yang
abadi dari mulut-mulut busuk dari politisi macammu
dan engkau tahu bukan, beda tipis antara
cinta dan benci
itu semacam hubungan kamu dengan
istri-istrimu atau antara kamu dan sekretarismu.
sudahlah.......
dengan cinta , engkau boleh menatapku
manja setelah tertunai hasratmu
karena....
bila tak ada cinta sakitnya luar biasa
maka...
berterimakasihlah pada Pemilik Cinta
abadi itu..
Kudus, 30 Januari 2019
Sri Subekti Astadi
Posting Komentar
Posting Komentar