Malam sudah begitu larut ketika aku masih sibuk di depan
laptop untuk menyelesaikan tulisannya mengejar deadline. Ada rasa sejuk
mengalir, di bulu kuduk. Tak lama kemudian aku
merasakan hadirnya seseorang,
menemani duduk di kursi sebelahku.
Aroma wangi bunga agak aneh tercium di hidung.
Aku menoleh ke kursi itu, hanya
sekelebat bayang yang nampak. Tak ada siapa-siapa di sisiku. Walaupun hadirnya
sangat aku rasakan, aku yakin ada seseorang atau suatu mahluk yang sedang
menemaniku. Namun tak ada sedikit pun rasa takut menyelimutiku.
Aku lanjutkan tulisanku, dan tiba-tiba
rasa katukku tak tertahan, walau masih
dalam posisi duduk menghadap laptop.
Antara sadar dan tidak sadar ada orang yang sedang berbicara padaku
.
" Aku mencintaimu, Mita. Ijinkan
aku untuk menjagamu...." samar aku dengar ucapan dari seseorang yang dari
tadi aku rasakan duduk di sebelahku.
" aku hanya ingin menjagamu, Mita. Jangan taku ! .aku tak akan
menyakitimu, karena aku sangat mencintaimu..."
Aku
terjaga beberapa menit setelahnya, seseorang seperti sedang berbicara
dengannya. Iya...itu bukan
mimpi, karena aku hanya terpejam
beberapa saat. Aku yakin dia yang duduk di sebelahku yang mengajakku bicara.
Dengan bergunam, aku bicara sendiri.
" Kamu...siapa kenapa tiba-tiba datang
mendekatiku ."
Hawa dingin dan wangi parfum itu seolah
membuatku terlelap lagi.
" Aku Deni, maafkan aku. Sudah lama aku
mengikutimu dan
ternyata aku jatuh cinta kepadamu, percayalah
aku sangat mencintaimu walau
kita di alam yang berbeda. Tapi aku akan selalu menjagamu aku akan selalu menyayangimu...
"
Ah....lagi-lagi aku tersentak terjaga.
Mungkin aku sudah benar-benar ngantuk sehingga beberapa kali seperti mimpi.
Tapi aku yakin aku bukan mimpi. Suara itu nyata dan sedang mengajak berbicara.
Aku segera menutup laptopku, keinginanku
untuk menyelesaikan tulisan aku tunda, toh besok pagi-pagi aku bisa bangun dan
menyelesaikan tulisan itu sebelum berangkat ke kantor.
Aku segera menuju ke kamar untuk tidur. Ke kamar tidur pun kau mengikutiku, duduk
di sebuah kursi di pojok kamar. walau tak sepatah kata pun kau ucapkan seperti
tadi, namun aku sangat yakin akan kehadiranmu.
ku biarkan kamu, asal tak mengganguku
lagi. Aku benamkan badan dan
wajahku dalam selimut agar kau tak
melihatku terus, aku berusaha untuk menutup mataku
agar cepat tertidur. Namun tak sedetik pun mata ini terpejam , dan doa-doa menjelang tidur pun
sudah dirapalkannya. Kehadiranmu masih
sangat jelas aku rasakan. Kenapa sih, kamu harus menungguiku di sini, biarkan
aku sendiri.
Pikiranku
melayang pada kejadian setahun yang lalu.
*****
Sore itu aku mengendarai sepeda motor sendirian ,
setelah mengantarkan seorang teman yang
tiba-tiba sakit di kantor. Karena kantor sudah sepi hanya ada aku dan Rudy serta security saja,
maka aku sebagai teman sesama wanita yang mengantarkan Sinta ke RS Karyadi Semarang. Setelah Sinta ditangani secara medis dan diharuskan rawat inap
saat itu juga, aku segera pulang karena sudah ada keluarganya yang datang mendampingi
Sinta. Keluar dari ruang IGD aku sempat bingung mencari pintu keluar Rumah
Sakit, karena tak tahu jalan aku sempat melewati Kamar
Mayat yang setelahnya ada pintu keluar ke jalan raya menuju
pemakaman Bergota. Sore itu lorong-lorong rumah sakit sangat sepi, hanya ada
seorang pemuda yang sedang duduk sendirian di pinggir lorong depan Kamar Mayat. Entah kenapa sejak di ujung lorong pria itu memperhatikanku terus, seolah ada
sesuatu. Padahal aku tidak mengenalnya. Merasa diperhatikan aku sempat bertatap
muka dengan pria tersebut, lumayan ganteng juga ya. Umurnya kira-kira seumuran
denganku, memakai celana jeans dan jaket berwarna putih. Ternyata ganteng juga
pria itu, tapi kenapa duduk sendirian di depan kamar mayat, ya. Ah, mungkin sedang menunggui kerabatnya, atau
entah siapa.
Pria itu mengikuti langkahku sejak dari lorong
sampai di ujung jalan menuju ke tempat parkir dekat dengan jalan raya. Entah setelah itu , aku tidak memperhatikannya
lagi. Setelah mengeluarkan motor dan
membayar uang parkir di pos, aku langsung jalan menuju pulang ke Banyumanik.
Aku segera
mempercepat laju sepeda motor untuk pulang. Karena senja sudah tiba, adzan Maghrib pun telah terdengar.Namun sial karena terburu-buru, sepeda motorku menyenggol sebuah mobil
di tanjakan Gombel.
“ Braakkk!” Aku jatuh
terpental..
Tubuhku terkapar di
tengah jalan. Dari arah atas
ada truk ngebut melintas di tempat aku terjatuh. Aku
sudah tak bisa berpikir apa-apa. Mati sudah aku, batinku. Allahu Akbar, La Illaha ilallah.
Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan
kalau pun ternyata maut akan
menjemput.
Tanpa disangka tubuhku seperti ada yang
mengangkat dan membawa ke tepi jalan. di bawah pohon Trembesi yang banyak
tumbuh di pinggir tanjakan Gombel. Aku hanya memejamkan mata, apapun yang terjadi aku akan pasrah. Namun ,
keajaiban ternyata tiba, aku telah
terselamatkan.
Setelah merasa aman aku pun membuka mata. Aku masih belum bisa percaya
apakah aku masih hidup ataukah
sudah mati. Mataku
melihat ke kanan dan ke kiri, 'perasaan ini masih di dunia, berarti aku masih hidup' Pikirku. Senja itu sangat sepi, setelah truck yang akan
menabrakku melaju kencang, tak ada lagi yang lewat tanjakan Gombel senja itu.
Lalu siapa yang tadi menolongku, siapa yang tadi
mengangkatku dan
memindahkannya ke sini. Aku merasakan
benar ada yang menggendongku. Bahkan
tangannya menyetuh rambutku, aku hanya mencium bau wangi seperti parfum yang
dipakai pria yang aku temui di depan kamar mayat tadi.
" Lain kali hati-hati
ya..Mbak..."
Aku
tercengang kaget, karena benar ternyata sosok
pria yang tadi aku
lihat di depan Kamar Mayat Rumah Sakit
itu yang menolongku.
Melihatku sangat kaget dan agak takut, pria itu
meneruskan keterangannya.
"Maaf...aku mengikutimu
Mbak..."
Ketika akhirnya aku bisa berdiri sendiri, sosok pria yang telah
menolongku telah tiada. Entah kemana dan naik apa, aku tak mengerti. Aku
agak takut juga. Namun
ini masih senja, belum
terlalu gelap, buat apa takut. Aku segera
mengambil motor dan mengendarainya kembali untuk pulang ke
rumahnya di daerah Banyumanik.
Sampainya
di rumah aku
menceritakan kejadian yang baru ku alami, tentang sosok pria misterius yang telah
menolongku pada ibu dan kakakku yang kebetulan sedang duduk di
beranda depan. Ibu berpesan agar aku selalu hati-hati, dan
jangan lupa untuk berdoa bila hendak berkendara.
Kalau terdengar adzan sebaiknya berhenti dulu sejenak jangan menerabas
senja seorang diri.
Aku
pun segera mandi dan mengambil
air wudhu untuk menunaikan sholat Maghrib.
Untung hanya lecet-lecet sedikit jadi masih bisa disiram air mandi. Setelah
menunaikan shalat Maghrib, baru aku mengobati lecet-lecet di tangan dan kakiku.
****
Setahun peristiwa itu telah berlalu,
namun aku tak bisa melupakan
peristiwa itu. Terutama tentang pria
itu. Iya, aku ingat sosok pria itu wajah
dan bau parfumnya sama
dengan sosok yang tadi tiba-tiba datang menemuiku. Dia memperkenalkan diri sebagai Deni. Teringat
itu aku ingin membandingkan
ingatanku dengan sosok yang tadi
terasa mengikutiku.
Ketika selimut yang menutupi
wajah aku sibak, Deni masih duduk di kursi sudut kamar.
Ternyata benar Deni adalah sosok yang
pernah menolongku
dulu. Aku pun langsung menanyainya.
" Kamu, yang menolong aku dulu kan ?"
" Ternyata kamu masih mengingatku ...?" Jawabnya sambil tersenyum indah sekali.
" Bagaimana aku bisa melupakan seseorang
yang telah menyelamatkan aku dari maut..."
" Maafkan aku telah mengikutimu
sejak itu , dan
ternyata aku jatuh cinta kepadamu...."
" Bagaimana mungkin kau mencintaiku, kita di alam yang
berbeda" jawabku sekenanya, dengan dada
yang berdebar-debar , ternyata aku juga suka dengan dia.
" Aku juga berpendapat begitu
tadinya, tapi karena aku tak
bisa menyembunyikan rasa cintaku ini maka aku ingin menjumpaimu malam ini, dan
mengutarakannya kepadamu..., semoga kau bisa menerimaku, walau kita di alam
yang berbeda "
Aneh !
Walaupun aku sadar yang di hadapku bukan sosok manusia biasa, tak ada perasaan
takut sedikit pun .
Bahkan aku merasa
senang dan bahagia bisa dipertemukan dengan Deni malam ini, pria yang telah
menyelematkanku
dan ganteng sekali menurutku.
" Tidurlah sayang, aku akan menjagamu ...tak akan aku biarkan
bila ada yang mengganggu dan menyakitimu."
Dalam kantukku yang sangat, Deni
pun telah menghilang dari kamarku.
Campur aduk perasaanku antara senang, takut dan tak percaya.
Bagaimana mungkin aku n
akan berpacaran dengan mahluk yang berada di alam berbeda. Tetapi bagaimana pun aku mengakui kalau aku juga
telah jatuh
cinta dengan Deni. Walau pria tampan itu sosok
mahluk dari dunia lain.
Salam fiksi
Sri Subekti Astadi
Posting Komentar
Posting Komentar