acara seminar, foto koleksi pribadi |
Alhamdulillah pada hari Kamis, 16 Juni 2022 saya
berkesempatan mengikuti Seminar Kajian Koleksi Museum Kretek Kudus di ruang Muria hotel Hom Kudus yang diadakan oleh
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kudus. Pada kesempatan ini saya
mendapat dua undangan sekaligus untuk mengikuti seminar yang diadakan hari ini dan keseesokan harinya dengan tema yang berbeda.
Sebagai orang yang berusaha tepat waktu (ciaa....),
karena di undangan tertulis acara dimulai jam 11.00 WIB maka saya pun 15
menit sebelumnya berangkat dari rumah, karena jarak rumah dengan tempat acara
lumayan dekat perkiraan perjalanan hanya 5 menit saja. Jadi masih ada waktu 10
menit untuk persiapan setelah sampai di hotel. Sampai di Hom hotel, teman yang aku ajak
janjian ternyata belum datang, sampai waktu menunjuk jam 11.00 tepat masih menunggu di lobby. Saya
pun segera masuk ke tempat acara sendirian, (ehh) dibantu Mbak karyawan hotel yang
ramah sampai di lift untuk menuju ruang Muria yang ada di lantai 1.
Sampai di ruang Muria ternyata masih sepi,
saudara-saudara! Agak kaget juga sih, karena ini acara yang mengadakan
kedinasan kok bisa ya. Nggak tahu juga sih apa biasa begini ya acara-acara
kedinasan di kotaku. Panitia sih sudah lengkap dan bersiap semua tapi peserta yang datang masih sepi, setelah saya
masuk baru kemudian satu, dua, tiga... Tak lama kemudian semua kursi peserta pun
sudah hampir terisi semua, namun acara belum juga mulai. Sabar....
Yang jelas saat terdengar adzan Dhuhur acara belum
juga dimulai, jadi saya pun segera berkemas mencari ruang mushola untuk
melaksanakan ibadah salat Dhuhur terlebih dahulu.
Selesai salat saya menuju ruang acara, Alhamdulillah tak lama kemudian acara pun segera dimulai. Diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
Raya dan berdoa lebih dahulu, baru kemudian dilanjut dengan Coffe Break. Saatnya
menikmati kopi/ teh dan kudapan yang telah disediakan saat jam makan siang,
huraaaa...biar tambas semangat mengikuti acaranya nihh!
hidangan coffe break, koleksi pribadi |
Sepuluh menit kemudian acara seminar dibuka oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bapak Wisnu Brata untuk mewalikili kepala dinas yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa kita harus bangga karena Kudus mempunyai Museum Kretek satu-satunya museum kretek yang ada di Indonesia bahkan di dunia. Museum ini berfungsi untuk edukasi terutama generasi muda yang ingin mengetahui sejarah tentang industri kretek dari hulu ke hilir. Museum bukan sekedar kolektor sebagai benda-benda bersejarah, oleh sebab itu setiap benda koleksi di dalam museum harus ada kajiannya yang bisa memberikan narasi yang jelas tentang koleksi tersebut.
Museum Kretek diharapkan bisa menarik banyak
pengunjung untuk keperluan edukasi, penelitian, dan hiburan karena museum akan dilengkapi dengan sarana hiburan
untuk mendatangkan banyak pengunjung. Cara penyajian barang-barang koleksi pun harus
menarik dan tidak membosankan bagi generasi masa kini, untuk itu harus bisa dibuat dokumentasi yang melibatkan ahli IT.
Seminar yang dipandu oleh moderator Yit Prayitno
seorang budayawan dan wartawan asli Kudus segera dimulai dengan pembicara
dari Museum Ranggawarsita, yaitu Ibu Laela Nurhayai Dewi,S.S, M. Hum, yang menjabat
sebagai koordinator urusan Pelestarian Museum Jawa Tengah Ranggawarsita.
Leala Nurhayati menjelaskan bahwa museum bukan
sekedar kolektor barang-barang kuno, namun setiap barang yang ada di museum
harus ada narasi yang jelas melaui hasil kajian yang diadakan
untuk setiap koleksinya. Seperti dari mana barang tersebut diperoleh, fungsi dan peran daalam industri kretek, serta catatan lain yang bisa menjelaskan setiap koleksi yang dipajang di museum.
Untuk keperluan edukasi, penelitian dan juga catatan sejarah bagi masyarakat yang membutuhkannya.
koleksi botol saos di Museum Kretek, foto pribadi |
Seperti botol-botol berwarna cokelat kemerahan menunjukan bahwa isinya adalah barang tidak untuk dikonsumsi. Botol-botol tersebut dulunya merupakan tempat saos
tembakau. Dari label botol bisa diketahui dari mana pabrik pembuat saos dulu
berasal, dan pabrik mana yang memakai saos tersebut.
Peralatan yang dulu dipakai oleh pabrik
rokok, seperti perajang tembakau, alat linting kretek tradisional, gilingan
tembakau, perajang cengkeh, alat contong rokok klobot juga masih tersimpat di
museum. Alat –alat tersebut sekarang sudah tidak digunakan lagi. Adanya
perkembangan teknologi alat tradisional sudah tergantikan dengan alat yang lebih modern. Namun
di beberapa pabrik rokok sampai sekarang lebih mementingkan tenaga manusia untuk penyerapan
tenaga kerja ( yang kebanyakan wanita) dan masih menggunakan alat
tradisional yang tentunya sudah perbarui. Diharapkan ada penjelasan
yang lengkap fungsi alat-alat tersebut pada waktu digunakan dahulu. Misalnya,
ada gerobak krangkeng yang dibuat replikanya, dulu merupakan alat transportasi
yang digunakan pabrik rokok pada waktu itu, berbeda dengan gerobak pada daerah lain.
Grobak Krangkeng yang menjadi koleksi Museum Kretek, foto pribadi |
Diharapkan Museum Kretek bisa membranding menjadi
museum satu-satunya yang ada di Indonesia, agar lebih dikenal menjadi milik
masyarakat Kudus.
Narasumber kedua, adalah Bapak Agus Sarjono ketua PPRK
(Persatuan Perusahaan Rokok Kudus) . Beliau menyampaikan alat bantu di hulu dan hilir yang digunakan pada waktu itu,
seperti alat untuk mencetak rokok klobot, alat untuk mengemas rokok yang dulu
masih dilakukan secara manual dan tradisional agar kemasan rokok tetap telihat
rapi. Alat-alat pembungkus rokok yang masih memakai ketrampilan tangan karena
keterbatasan percetakan dengan sablon
pada waktu itu. Yang dikerjakan para pekerja rokok yang 100% adalah wanita, pekerjaan ngeslop yaitu, membuat bungkus rokok dari kertas sablon dengan
menggunakan alat dari kayu.Dulu saat penulis masih kecil pekerjaan ini bisa dilakukan di rumah-rumah penduduk, kalau sudah selesai baru disetor ke pabrik dengan upah borongan.
Sejarah Rokok Kretek
Pada tahun 1890 an ada seorang pengidap penyakit asma akut yang bernama Jamhari, walaupun sakit beliau masih
tetap merokok yang dilinting sendiri. Jamhari membuat ramuan sendiri campuran
tembakau dengan rempah berupa cengkih, dan ketika dibakar akan berbunyi
kretek-kretek dan sejak itu rokok buatan Jamhari dinamakan kretek. Berkat ramuannya
itu pula lama-kelamaan penyakit asma yang diderita Jamhari sembuh, yang
diyakini karena adanya campuran cengkih di dalam ramuan rokoknya.
Sejak itulah dikenalnya rokok kretek di Kota Kudus. Yang membedakan rokok kretek Kudus
dengan rokok putih yang ada di luar.
Industri rokok tangan (SKT) dikerjakan secara padat karya untuk
menyerap tenaga kerja sampai sekarang masih berlaku di pabrik-pabrik rokok. Walaupun sekarang sudah ada alat dan teknologi modern untuk membuat rokok menggunakan
mesin, yang tentu lebih cepat untuk memproduksi rokok. Hal ini dilakukan bertujuan untuk
penyerapan tenaga kerja yang 100 % adalah
perempuan di Kudus.
Sejarah Museum Kretek Kudus
Museum Kretek diisiniasi oleh Gubernur Jawa Tengah
Alm. Soepardjo Rustam, dan sempat terbengkalai hingga akhirnya dikelola kembali oleh PPRK pada tahun 80-90 an. Kemudian diserahkan kepada Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Kudus untuk dikelola yang diharapkan bisa lebih rekreatif dan
edukatif dalam mengembangkannya.
Diharapkan Museum Kretek bisa dibranding agar lebih
mempunyai nilai jual, misalnya dengan cara digitalisasi adanya kemajuan IT saat ini. Sehingga museum bisa lebih menarik untuk dinikmati generasi masa kini. Diharapkan ke museum bukan sekedar
menikmati wahana hiburan yang menjadi pelengkap
meseum tetapi juga bisa menikmati koleksi yang ada di dalam museum.
Acara dilanjutkan dengan diskusi antara narasumber
dengan peserta seminar yang datang dari berbagai kalangan masyarakat kira-kira
ada 78 undangan peserta. Diskusi diharapkan dapat memberi
masukan kepada pengelola museum agar lebih rekreatif sehingga tidak membosankan
pagi pengunjungnya.
souvenir seminar |
Alhamdulillah, dapet ilmu, dapet makan (ehh...) dapat
topi, rompi dll...
Baru tahu sejarah rokok kretek karena bunyinua saat di bakar kretek kretk 😄
BalasHapusIya, klo kresek-kresek ntar namanya rokok kresek.
HapusSebagai kota kretek memang harus ada museum yang menjelaskan asal-usul sejarah rokok kretek ini ya Bu biar wisatawan lebih paham apalagi kalau museumnya menarik dan interaktif pasti bisa jadi tujuan wisata ya
BalasHapusbetul Mbak Dew, Kudus baru ingin meluncurkan pariwisatanya dengan memberi alternatif wisata selain wisata religi yang sudah ada selama ini. Monggo kalau mau tindak2 ke Kudus Mbak Dew..
HapusTak hanya berbicara tentang rokok tapi juga tentang kekhasan budaya dengan lintingan nya
BalasHapusbetul Mbak, bukan berarti kita mengajari untuk merokok tapi soal budaya yang berhasil membuat pabrik2 rokok di Kudus bisa seperti sekarang ini.
Hapuspernah denger sekilah tentang museum kretek ini. dan memang benar, sejarah kretek di indonesia, jawa khususnya sangat istimewa. kretek bukan hanya sekadar rokok, tapi budaya masyarakat pada saat itu ya. kereeeen lah
BalasHapusOh ternyata kretek yang dimaksud itu dari bunyi bakaran rokok. 😁 dulu kupikir ada sangkut-paut dengan kretek andong. Asyik banget nih pengalaman mengapresiasi sejarah budaya Indonesia begini.
BalasHapusBaru tau ada museum kretek di Kudus. Menarik banget, kalo menurut saya.
BalasHapusTapi bagi anak milenial, mungkin butuh inovasi baru agar anak tertarik datang ke museum
Wahh aku baru tau soal sejarah rokok kretek. Sebagai anak yg suka disuruh beliin rokok sama papa, at least aku harus kasih tau ini ke papa. Seru banget sejarahnya
BalasHapusSebuah pengetahuan baru tentang rokok kretek, ternyata bukan sekadar rokok, ada kekhasan budaya juga di dalam rokok kretek ini..
BalasHapusmenambah wawasan saya tentang sejarah asal muasalnya rokok kretek sampai ada museumnya segala yah.... walaupun saya ngga suka dengan rokok tapi mengetahui bagaimana sejarahnya itu tetep perlu deh. thanks for sharing mba
BalasHapus