nasi gandul Pati, dok pribadi |
Hari memang sudah menjelang tengah malam ketika
suami sengaja melajukan kendaraan menuju kota Pati. Setelah sebelumnya kami
putar-putar Kota Kudus sampai ke Muria dan turun lagi memutari kota Kudus
sambil membeli buah untuk persediaan di rumah.
Tujuan kami ke Pati khusus untuk makan malam
menikmati Nasi Gandul, walaupun di Kudus ada namun rasanya kurang pas kalau
tidak membeli di tempat asalnya. Toh perjalanan Kudus Pati tidak jauh hanya
puluh KM saja.
Sebenarnya pingin cari warung nasi gandul yang aku
lihat di google paling teratas, yaitu Nasi Gandul Pak Melet, Pak Sardi, dan
Nasi gandul H A warsimin, namun sayang kami sampai di Pati sudah hampir tengah
malam dan ketiga warung nasi gandul yang teratas di google sudah tutup sampai
jam 22.00 WIB saja. Oke, kita cari yang lain. Karena begitu masuk Kota Pati
hampir sepanjang jalan berderet-deret warung penjual nasi gandul.
Kami akhirnya melajukan mobil ke daerah Stadion Pragola
dan belok ke kanan sampi di Nasi Gandul
Halte Puri, disana kita menjumpai berderet-deret warung nasi gandul dengan tempat parkir yang
lumayan aman. Pilih-pilih .. kami memilih warung Nasi Gandul yang terlihat
cukup luas dan bersih. Akhirnya kita masuk warung nasi gandul Mbak Ti yang buka 24 jam. Jadi jam berapa pun sampai Pati, kamu bisa langsung makan Nasi Gandul Mbak Ti ini...
warung nasi gandul Mbak Ti di Halte Puri, dok pribadi |
Suasana warung lumayan ramai, sepertinya ada
rombongan yang berasal dari luar kota yang sedang menikmati makan malam di
sana.
Kami pun segera memesan 2 porsi nasi gandul dengan
pilihan lauk, suami memilih lidah sapi sedangkan saya pilih daging saja.
Sebenarnya pilihan jeroan sapi seperti paru, babat dan sebagainya lebih menggoda sih, tetapi ingat umur rek...(
...). Dengan ditemani minuman jeruk panas , tempe goreng yang super kriuk
sangatlah menggoda.
tempe goreng kriuk khas Pati |
Tak lama setelah pesenan kami siap dihidangkan
syukurlah rombongan telah selesai dan meninggalkan warung, sehingga saya lebih
leluasa untuk mengambil gambar, video dan bertanya-tanya pada pemilik warung
yang masih ada di sana. Namanya Mbak Ti, yang memulai jualan nasi gandul sejak
tahun 1999 an . Awalnya Mbak Ti, adalah pendatang dari desa bukan dari Pati
Kota.
Hampir 22 tahun berjualan nasi gandul Mbak Ti saat
ini sudah mempunyai 3 cabang warung makan nasi gandul, yaitu yang di halte Puri
ini, di dekat RS Soewondo dan di Gajahmati.
Dari hasil berjualan nasi gandul, Mbak Ti dan
suaminya bisa membangun 3 buah rumah , untuk pribadi dan juga rumah kost. Mbak Ti juga bisa memperkejakan
saudara-saudaranya sendiri yang butuh kerjaan. Jadi membuka lapangan pekerjaan juga kan...
Meski sukses dengan berjualan nasi gandul, anak-anak
Mbak Ti tidak ada yang tertarik untuk menekuti profesi yang sama dengan ibunya.
Anak-anaknya memilih profesi di bidang kesehatan dan pegawai lainnya.
Dalam sehari disaat ramai seperti sekarang, Mbak Ti
bisa menghabiskan 100 kg daging sapi beserta jeroan untuk ke 3 warungnya. Ngak kebayangkan banyaknya...
Nasi Gandul
Bagi yang belum tahu nasi gandul itu apa, begini
ceritanya.
Nasi gandul adalah makanan khas kota Pati dengan
kuah santan dan irisan daging/ jeroan sapi.
Ada 2 versi cerita kenapa dinamakan nasi gandul.
Versi pertama, pada jaman dahulu sekitar tahun 1950
an nasi gandul ini dijual dengan cara keliling menggunakan pikulan, dengan 2
gentong di kanan dan kiri sebagai tempat kuah dan sebelahnya tempat daging,
nasi dan lauk pelengkap lainnya. Pada waktu penjualnya itu berjalan kaki tanpa alas kaki, kedua gentong itu gandul-gandul atau bergantung. Sehingga dinamakan
nasi gandul.
Versi kedua, menyebutkan dinamakan nasi gandul
karena daging paha sapi yang sudah dimasak lalu digantung atau digandulke sebelum
diiris-iris dan diberi kuah bersantan. Sehingga dinamakan nasi gandul.
Sajian yang khas dari nasi gandul ini adalah tempe
gorengnya yang super kriuk sekali, pokoknya tidak seperti tempe goreng
biasanya. Untuk tempe goreng ini Mbak Ti ada pemasoknya sendiri, dan sehari
untuk ketiga warungnya Mbak Ti membeli tempe goreng 1 juta rupiah. Itu pun
tidak melayani pembelian tempe goreng untuk dibawa pulang, jadi cukup yang
dimakan ditempat bersama nasi gandul saja.
Bagaimana tertarik dengan bisnis kuliner tradisional
khas Pati ini..?
jadi rindu nakan nasi gandul setelah baca ini.
BalasHapusSepertinya aku bakalan pilih daging sapi dibandingkan lidahnya saat menikmati nasi gandul wkwkwkwkw soalnya aku ga doyan lidah 😂😂 Wisata kuliner kayak gini nih nikmatnya terasa hhmmm so yummy 😋 Kapan2 mau coba ah, bisa nambah nih haha.
BalasHapusmantap mba, nasi gandul daging sapi, ditambah tempe goreng kriuk
BalasHapusbelanja daging untuk 3 warung banyak juga ya ternyata. nasi gandul ini enak, tapi saya belum pernah makan langsung yang di Pati
BalasHapusBelum pernah coba nasi gandul...sepertinya enak banget nih...saya suka kuliner tradisional seperti ini
BalasHapusAku gapernah tau tentang nasi gandul, kayanya enak ya. Mau deh cobaa
BalasHapuswuih unik nih nasi gandul saya belum pernah makan nasi gandul , saya tadinya bertanya-tanya kenapa dinamakan nasi gandul . saya kira pakai jangan gandul (sayur pepaya muda) eeeh ternyata bukan... ternyata ada sejarahnya yaaa sampai dinamakan nasi gandul. salut untuk Mbak Ti yang usaha nasi gandulnya bisa jadi gandulan nafkah untuk keluarga .... semoga makin maknyussss
BalasHapusdaku pernah makan nasi gandul kayaknya di Kudus deh Bu pas ikutan roadshow talent Telkomsel dan diajak panitianya makan nasi gandul, memang lauknya menggoda sekali sayangnya aku nggak bisa makan jeroan huhu sedih...keren banget ya pendapatan warung nasi gandul daebak...
BalasHapusSiang-siang baca ini, jadi laper, Mbak. Pingin nyobain deh. Semoga ada kesempatan untuk kulineran ke Pati
BalasHapusSaya termasuk penikmat Nasi Gandul. Dengan alas daun pisang di atas piring bikin maknyusss... Dan benar, Pati tempatnya. Di kota lain ada, tapi serasa beda. Dan setiap kali ke Pati, Nasi Gandul itulah favorit yang dituju.... Thanks Mbak...
BalasHapus